Beberapa waktu yang lalu, ada pertandingan renang di klub renang Bina Taruna (BNT). Peserta pertandingan ini adalah para siswa BNT, termasuk Duta dan Oji.
Pertandingan ini dilakukan berdasarkan level dan biasanya sejalan dengan pelatihnya. Sebagai contoh, Duta dan Oji berada di kelas pak Ulan yang berisi sekitar 10 anak. Pertandingan untuk mereka adalah berenang memakai papan dan berenang gaya bebas 15 meter.
***
Sebenarnya aku agak khawatir dengan Duta dengan pertandingan renang ini karena Duta termasuk anak yang soft dan tak terlalu suka kompetisi. Tapi justru karena sifatnya itu pula, aku ingin Duta bisa melalui pengalaman pertandingan renang ini sebagai bagian dari proses pendidikannya.
Awalnya, pertandingan berlangsung baik-baik saja. Pada sesi berenang dengan papan, Duta menjadi juara pertama di kelompoknya yang berisi 4 anak. Pada sesi berenang gaya bebas, Duta juara kedua. Hasil itu membuat hati Duta berbunga-bunga (sementara bapaknya masih kebat-kebit).
Yang tidak diketahui Duta, hasil pertandingan dihitung berdasarkan waktu. Juara pertama adalah yang secara waktu paling cepat, bukan hanya urutan pada saat bertanding.
Setelah diumumkan, ternyata juara pertama renang dengan papan adalah Oji dan Duta tidak masuk sebagai pemenang. Untuk renang gaya bebas, Duta kembali tak mendapat juara sementara Oji menjadi juara tiga.
Setelah pengumuman, mata Duta berkaca-kaca dan memeluk kakiku. Air matanya berurai. Duta sedih sekali karena kalah dan tidak menjadi juara apapun. Aku hanya bisa memeluknya dan menemaninya untuk melerai kesedihannya. Untungnya saat pengumuman hari sudah mulai gelap menjelang malam sehingga tak banyak yang melihat Duta menangis sedih.
Yang meringankan, setiap anak yang mengikuti lomba mendapatkan medali. Juga, setiap anak mendapatkan satu kantung berisi makanan kecil.
Perlahan, seiring dengan waktu, Duta belajar mengurai kesedihannya. Duta belajar, ada saatnya menang dan ada saatnya kalah. Kesedihan saat kalah adalah hal yang biasa dan tak apa-apa. Yang penting ada proses melerai kesedihan dan belajar dari kekalahan yang dialami.
***
Dalam proses melerai kesedihan, peranku hanya menemani dan memberikan kenyamanan kepada Duta. Aku tak memarahinya, aku juga tak menawarkan hiburan pengganti kesedihan. Aku menemaninya untuk merengkuh dan berdamai dengan kesedihan itu sambil tak menyalahkan siapapun.
Semoga seiring waktu Duta menjadi semakin kuat dan lentur meniti kehidupan.
2 thoughts on “Duta Belajar Dari Kekalahan”
sangat terharu saya membaca artikel ini,,,,betapa sedihnya jika kita gagal…tapi mnurut saya juga sama dengan mas…….ada kalanya kalah dan ada kalanya menang..gagal bukan tanda akhir tapi tanda awal kesuksesannya bila bangkit….nah DUTA itu membuktikannya…
terima kasih atas inspirasi hari ini…
Setuju dgn caramu menemani Duta Ar! Aku yakin dgn proses itu Duta akan makin dewasa <3