Di dunia teknologi, kita sudah cukup terbiasa mendengar kisah beberapa tokoh yang tidak menamatkan kuliah alias dropout, tetapi sukses. Sebut saja Bill Gates, pendiri Microsoft yang dropout Harvard. Atau, Steve Jobs (pendiri Apple) dan Mark Zuckerberg (pendiri Facebook) yang memilih merintis bisnis daripada meneruskan kuliahnya.
Nah, saat dropout kuliah menjadi hal yang tak terlalu dipertanyakan, kini muncul fenomena baru di dunia teknologi, yaitu dropout SMA. Kisahnya dialami oleh David Karp, pendiri Tumblr, sebuah platform blogging yang baru diakusisi Yahoo.
Cerita tentang latar belakang David Karp itu diceritakan oleh News Republik. Alkisah, saat usia 14 tahun dan menyelesaikan kelas 1 SMA di Bronx High School of Science, ibu Karp memberikan pilihan untuk homeschooling yang membuat Karp meninggalkan bangku SMA-nya.
Keluar dari SMA, bukan berarti Karp berhenti belajar. Karp mengambil kelas bahasa Jepang dan terus belajar matematika, sambil magang di perusahaan pembuat animasi. Pada usia 16, Karp membuat website dan memulai debutnya sebagai pebisnis teknologi. Dan sekarang, di usianya yang ke-26, situs Tumblr yang didirikannya dibeli Yahoo senilai Rp 10 triliun.
Mengomentari latar belakang pendidikannya, Karp menyatakan bahwa keberhasilannya bukanlah alasan bagi remaja lain untuk meninggalkan sekolah. Saat diwawancarai Associated Press, Karp mengatakan,”Aku tak akan merekomendasikan itu pada anak-anak di luar sana. Aku berada di posisi yang unik karena mengetahui dengan jelas apa yang ingin kulakukan pada saat pendidikan komputer di sekolah New York pada saat itu tak terlalu bagus.”
Nasihat yang serupa diberikan oleh Vivek Wadhwa, dosen di Stanford Law School yang mengajar tentang “startup company”. Viviek menyatakan bahwa keluar sekolah untuk mengejar mimpi adalah seperti membeli tiket lotere. Untuk setiap keberhasilan, ada 100.000 yang gagal. Dan DO sangat mungkin untuk mengantarkan seseorang menjadi
pengangguran.
***
Dari perspektif orangtua homeschooling yang memandang pendidikan dengan sudut pandang berbeda, aku melihat fenomena ini sebagai inspirasi yang menarik.
a. Pendidikan adalah investasi terbaik
Pendidikan adalah investasi terbaik untuk masa depan. Tetapi pendidikan tidak identik dengan sekolah dan kuliah, apalagi sekedar mengejar gelar. Pendidikan adalah proses meningkatkan kualitas diri, baik sikap, wawasan, pengetahuan, maupun keterampilan. Ujungnya adalah kemampuan hidup dan berkarya di masyarakat. Sekolah atau tak sekolah
(otodidak, homeschooling), yang penting adalah terus belajar.
b. Belajar tak hanya di sekolah/kuliah
Pendidikan/belajar sekarang banyak jalannya. Sekolah adalah salah satu jalan, bukan satu-satunya. Apalagi dengan adanya Internet, ruang belajar menjadi sangat luas dan tak terbatas. Tutorial, belajar online, menyimak kultwit, seminar & pelatihan, dan sebagainya. Belum lagi magang dan belajar langsung pada orang/perusahaan yang sukses. Semua itu adalah belajar juga. Yang paling penting adalah kualitas pembelajaran, bukan tempat belajarnya.
c. Ada banyak jalan menuju sukses
Rumus sukses yang diajarkan saat ini adalah kuliah dan mendapatkan gelar. Apapun yang terjadi, ikuti saja prosesnya, maka kesuksesan akan menunggu di ujung sana. Kini, kita semakin banyak menyaksikan jalur-jalur kesuksesan yang beragam. Kesuksesan bukan hanya lulus kuliah dan menjadi pegawai perusahaan besar. Kesuksesan bisa diperoleh
dari dunia bisnis serta profesi-profesi lain yang seringkali tak berhubungan dengan ijazah.
d. Pekerjaan non-ijazah
Tak berijazah bukan berarti menjadi penganggur dan orang gagal. Banyak pekerjaan yang tak mendasarkan pada ijazah. Sebut saja penulis, seniman, fotografer, programmer, dan tentu saja pebisnis. Dalam pekerjaan-pekerjaan itu, yang ditanyakan bukan ijazah, tetapi output/karya. Apa yang sudah dihasilkan? Seberapa bagus prestasinya? Kuncinya adalah kualitas pribadi dan kualitas karya.
e. Hidup berdasarkan passion
Rumus lama keberhasilan adalah bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Bertahan sekolah dan mengejar kuliah, apapun yang terjadi, karena itu adalah tiket menuju sukses. jika Anda tak menikmati saat belajar dan berproses menuju keberhasilan, Anda tak akan bisa menikmati saat Anda berhasil. Hasilnya seringkali adalah kesuksean pekerjaan/karir yang tak disertai kebahagiaan karena pekerjaan yang dilakukan bukanlah yang sungguh-sungguh diinginkan.
Oleh karena itu, penting untuk mendidik anak-anak yang berbahagia yang memiliki passion atas apa-apa yang dijalaninya. Karena passion adalah penggerak besar internal yang akan membuat seseorang mau belajar dan bekerja keras, bersusah-payah, dan pada saat bersamaan sekaligus menikmatinya.
***
Berani gambling 1:100.000?
3 thoughts on “David Karp: pendiri Tumblr yang Dropout SMA”
Menarik sekali mas Aar. Pada salah satu milis entrepreneurship yang saya follow, sedang dibahas mengenai advice ‘Follow Your Passion’. Beberapa pengusaha yang sukses kurang setuju dengan prinsip ini, contohnya http://dennysantoso.com/life/market-itu-egois/ dan http://www.fastcompany.com/3001441/do-steve-jobs-did-dont-follow-your-passion
Tentunya ini hanya masalah perspektif; saya masih berusaha mensarikan opini2 tsb dan mengambil kesimpulan yang paling pas.
Terima kasih mbak Sari utk berbagi perspektif yg berbeda. Passion saja tentu tidak cukup karena hanya merupakan awal. Bagi saya, paketnya adalah passion (sebuah hal yg kita sukai), kerja keras, dan excellence (kualitas output yg kita hasilkan). 🙂
Sangat menginspirasi Pak Aar, kisah-kisah semacam ini juga saya ceritakan ke anak-anak sebagai cerita nyata orang orang sukses tanpa sekolah formal……supaya mereka juga semakin semangat dalam belajar dengan cara yang berbeda dari teman-temannya pada umumnya (baca: homeschooling)….saya request banyak-banyak cerita sejenis ini Pak, jika ada dengan berbagi detil cara belajarnya. Semoga ada lagi…terimakasih Pak untuk sharingnya…
Salam,