Ini #latepost, dokumentasi dan cerita di balik kegiatan Bincang Seru Homeschooling yang diadakan oleh Klub Oase.
Dalam rangka ulang tahun ke-4, Klub Oase mengadakan acara “Bincang Seru Homeschooling” bertempat di Museum Bank Mandiri, Jakarta. Acara yang diniatkan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat itu berjalan lancar. Sepuluh orang praktisi homeschooling berbagi cerita mengenai sudut pandang dan homeschooling yang dijalaninya.
Sempat ada kekhawatiran hujan karena sehari sebelumnya hujan turun terus-menerus tanpa henti. Puji syukur, alhamdulilah, pada hari-H cuaca cerah dan tak hujan.
Semua bisa menginspirasi
Tak ada artis dan tokoh dalam acara “Bincang Seru Homeschooling” ini. Semuanya adalah keluarga biasa yang menjadi panitia dan berbagi. Sepuluh narasumber yang mengisi materi ini adalah keluarga praktisi homeschooling dengan beragam latar belakang dan pengalaman yang berbeda-beda.
Ada yang berprofesi karyawan swasta, guru, dosen, ibu rumah tangga, pebisnis, penulis, dan sebagainya. Ada yang sudah pengin homeschooling sejak awal menikah, ada yang mulai homeschooling saat TK, SD, SMP, bahkan SMA. Ada yang anaknya satu, ada yang anaknya banyak. Ada yang anaknya masih kecil, ada yang sudah besar. Bahkan, saat bincang seru ada Anin yang sudah kuliah di Yogya dan Fari yang sudah sarjana ikut berbagi cerita. Lengkap deh..
Satu hal pelajaran berharga dari proses ini adalah bahwa langkah yang kelihatannya kecil dan sederhana ternyata bisa bermanfaat bagi orang lain. Setiap orang dan setiap keluarga bisa menginspirasi.
Jumlah peserta melebihi perkiraan
Ketua panitia Bincang Seru Homeschooling pada awalnya sempat bertanya-tanya, seberapa banyak peserta yang akan mendaftar acara ini. Ternyata, peminat acara ini berlimpah. Dibuka pagi hari, malam itu juga pendaftaran langsung ditutup karena sudah melebihi kapasitas ruang yang hanya memuat 200 orang.
Di luar peserta itu, masih banyak peserta yang sebenarnya ingin mendaftar. Sayang sekali kapasitas ruang yang terbatas tak memungkinkannya. Apalagi ada Kids Corner yang perlu dikelola agar tetap nyaman untuk anak-anak.
Bagian pendaftaran, yaitu Raken dan Julia langsung pusing tujuh keliling menghadapi serbuan calon pendaftar acara sepanjang hari. Berhari-hari mereka merasa tidak enak hati saat harus menolak pendaftar baru, kendatipun teman sendiri. Tetap tegas (karena kapasitas ruang memang terbatas) dan menghadapi kebutuhan dari para peserta bukan sebuah hal yang mudah.
Mudah-mudahan Klub Oase suatu saat bisa mengadakan lagi acara semacam inidengan kapasitas ruang yang lebih besar. Atau, mudah-mudahan komunitas homeschooling yang lain bisa mengadakan acara sejenis untuk proses edukasi.
Acara Minim Sampah
Atas inisiatif Shanty Syahril, acara “Bincang Seru Homeschooling” diselenggarakan dengan konsep minim sampah alias zero waste. Ini adalah proses belajar bersama, baik untuk panitia maupun peserta.
Terima kasih untuk Shanty yang sangat berdedikasi dan sabar dalam proses pendampingan ini.
Sejak awal, Shanty memandu setiap aspek acara agar berada dalam spirit minim sampah. Shanty membuat panduan kegiatan zero waste untuk panitia dan peserta, serta menyiapkan tools yang diperlukan. Bahkan, dengan usaha dan dana pribadi Shanty berbagi hadiah pada peserta sebagai proses edukasi.
Secara sistematik, Shanty juga melakukan proses evaluasi sebagai sarana pembelajaran buat kami dan buat siapapun yang ingin mempraktekkan konsep kegiatan zero waste. Laporan lengkap Shanty bisa dilihat di sini: http://jirowes.weebly.com/cerita/nol-sampah-di-bincang-seru-homeschooling
***
Live Tweet & Dokumentasi Acara
Bagi yang tidak hadir dalam acara “Bincang Seru Homeschooling”, ada live tweet yang dibuat oleh Wahyu Andito yang bisa selengkapnya bisa dilihat di sini: http://chirpstory.com/li/249059
Selain itu, Andit juga merekam dan mengolah semua materi dalam bentuk audio podcast (MP3) lengkap yang bisa diunduh di: http://www.4shared.com/folder/ZOPmK02V/Bincang_Seru_Homeschooling_Klu.html
Ada juga dokumentasi foto Ali Reza di sini: https://www.facebook.com/media/set/?set=a.416908751801723.1073741848.117967495029185&type=3
Laporan tentang kegiatan acara juga dibuat oleh mas Ian di sini: http://belajarbersama.com/berkegiatan-minim-sampah/
***
Sebenarnya tidak fair kalau hanya menyebutkan nama-nama yang tersebut di atas karena seluruh panitia telah bekerja keras dan masing-masing menunjukkan kualitas terindahnya pada hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya.
Ada sumbangan desain poster karya Dinda dan kaos karya Indra, ada Ade Hady yang sibuk mengurusi pemesanan dan produksi kaos, ada Mira Kurniasari yang mengurusi konsumsi, Ada Suke Tasmin yang mengurusi souvenir, ada Faizal Kamal yang mengurusi perlengkapan dan menyumbang bergalon-galon air Kangen, ada Julia yang berpusing ria mengurusi Kids Corner, dan semua panitia dan relawan yang tak bisa disebut satu-persatu.
Banyak hal-hal kecil yang mengharukan sepanjang acara “Bincang Seru Homeschooling”, seperti peserta dari Tasikmalaya yang datang sejak pagi, peserta dari Yogya yang membawa hadiah salak manis. Ada relawan-relawan yang luar biasa dari Bandung dan Jakarta. Juga para peserta dan anak-anak yang menyenangkan.
Suasananya betul-betul membahagiakan dan mengharukan. Buatku, ini yang selalu membuat kangen dan bahagia saat berkegiatan bersama para orangtua yang peduli dan terjun langsung dengan pendidikan anak-anaknya.
Rasanya semuanya sudah seperti keluarga besar.
6 thoughts on “Cerita di Balik acara Bincang Seru Homeschooling”
Senang saya bisa mengamati dari jauh kegiatan teman2 HS di Jakarta. seru banget. anak2 sampe bilang, Mi, kita pindh ke jakarta Yook..
Yang bikin greget itu konsep zero waste nya, menginspirasi, pengin buat acara kaya gitu..sukses Mas Aar.
saya rencana mau memasukkan anak saya diHS, kira-kira HS apa yang saya dapat daftarkan anak saya. Harapan HS itu tidak mahal. Alasan saya mau memasukkan anak ke HS atas dasar permntaan anak yang tidak mau berpisah dari orang tua. Maksudnya saya bertugas sebagai pekerja dalam sebuah yayasan anak. Jadi aktifitas saya sering keluar dan anak mau sewaktu-waktu ikut saya saat pergi. Saya mau daftarkan di HS di Jakarta. Terima kasih.
Pak Bob, HS itu pendidikan berbasis keluarga, bukan seperti sekolah di mana orangtua mendaftar ke sebuah lembaga. Orangtua menjadi “kepala sekolah” untuk pendidikan anak-anaknya. Di Indonesia ini memang ada salah kaprah ttg HS yg berbeda dg pemahaman umum praktisi HS di berbagai penjuru dunia.
Wah terima kasih liputannya pak, kereeeeennnnn
Pak Aar salam kenal sy seorang ibu dgn 2 putra anak kedua sy yg berkebutuhan khusus sejak kelas 2 sd homeschooling dan skrg kelas 5 .HS tsb seperti sekolah pd umumnya masuk 3x dlm seminggu yg dipelajari hanya 5 pelajaran yg ada d UN.sebaiknya homeschooling itu seperti yg Pak Aar & putra putri nya yg benar2.tapi ayah dr anak2 sangat tidak setuju dgn konsep HS ya sy pribadi sebagai pengajar.bagaimana menurut Pak Aar agar sy bisa meyakinkan suami ttg HS yg sebenarnya.terimakasih
#Sani: mungkin bisa dimulai dengan membaca buku “Apa itu Homeschooling” supaya terbuka bahwa proses belajar itu sangat luas. Yg kedua, peran orangtua dalam homeschooling sebenarnya bukan sebagai pengajar, tetapi sebagai fasilitator kegiatan anak