Proses belajar literasi yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa tulis mengandung 3 aspek yang saling berkelindan, yaitu:
a. Bisa Membaca
b. Membaca-memahami
c. Cinta Membaca
Bisa Membaca Baru Langkah Awal
Tahapan awal dari proses literasi diawali dengan anak-anak belajar membaca. Anak belajar mengenal huruf, melafalkan suku kata dan kata, kemudian membaca rangkaian huruf yang tersusun dalam kata dan kalimat.
Ketika anak sudah bisa membaca, bukan berarti urusan selesai. Masih ada hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan dan dilakukan agar keterampilan membaca itu bermanfaat bagi anak.
Membaca adalah Untuk Memahami
Karena manusia bukan beo, kita bukan hanya membunyikan huruf dan kata. Kita membaca untuk mencari informasi dan memahami materi yang kita baca.
Demikian pun, proses belajar anak-anak tidak hanya berhenti pada kemampuan melafalkan huruf dan kata, tetapi perlu bergerak naik hingga memahami makna dari kalimat yang dibacanya.
Dengan memahami makna teks yang dibaca, di sinilah proses belajar yang sejati sesungguhnya terjadi. Anak mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan aneka sudut pandang melalui buku atau teks yang dibacanya.
Memahami adalah salah satu inti dari proses belajar membaca.
c. Membangun Budaya Cinta Membaca
Selain memahami teks yang dibaca, proses belajar membaca perlu mengembangkan sebuah aspek yang berdampak jangka panjang yaitu budaya kecintaan membaca.
Budaya kecintaan membaca terbentuk dari proses belajar membaca yang membahagiakan. Pengalaman bersentuhan dengan teks yang menginspirasi. Juga, anak-anak menemukan manfaat personal dari proses membaca yang dilakukannya.
Sebagai sebuah budaya, proses membangun kecintaan membaca ditempuh melalui jalan panjang, bertahap, berulang-ulang selama bertahun-tahun. Proses internalisasi tak bisa dipaksakan, melainkan berjalan alamiah dalam jangka panjang.
Jika budaya kecintaan membaca telah diperoleh anak, maka anak akan terus bersemangat belajar dan membaca apapun yang menjadi minat dan perhatiannya. Belajar menjadi kepentingan pribadinya, bukan sekedar perintah dari otoritas eksternal kepada dirinya.
Tantangan Belajar Membaca
Tantangan yang sering terjadi saat anak-anak belajar membaca adalah penekanan hanya pada langkah pertama, yaitu anak bisa membaca. Cukup banyak orangtua yang bergegas dan berlomba-lomba agar anaknya secepatnya bisa membaca atau melafalkan huruf, suku kata, dan kata.
Orangtua berlomba-lomba agar anaknya bisa membaca, tapi berhenti hanya sampai bisa melafalkan huruf dan membaca kata. Ketika anak sudah bisa membaca (read aloud), seolah semuanya sdah selesai.
Padahal itu baru langkah pertama.
Yang perlu disadari dan dijaga oleh orangtua adalah agar proses belajar membaca anak tidak hanya ditujukan untuk kepentingan jangka pendek, tetapi juga bermanfaat jangka panjang bagi anak.
Beberapa hal perlu diperhatikan,
Pertama, proses belajar membaca tak boleh merusak kecintaan anak untuk membaca dan mencintai bacaan. Anak jangan sampai merasa trauma dalam proses belajar membaca, sehingga dia membenci buku dan kegiatan membaca.
Kedua, proses belajar membaca perlu memperhatikan kesiapan anak, baik kesiapan fisiologis maupun kesiapan mentalnya. Jika anak belum siap, proses belajar membaca bisa berdampak buruk dalam jangka panjang.
Baca: Kapan Anak Siap Baca Tulis?
Ketiga, setelah anak bisa membaca, proses belajar selanjutnya adalah membimbing anak agar memahami yang dibacanya sambil mengembangkan kemampuan kritisnya.
Keempat, interaksi dengan buku dan bacaan berkualitas yang memberikan dampak positif pada anak yang dilakukan secara kontinu akan membangun kecintaan anak pada kegiatan membaca dalam jangka panjang.