Sabtu (19/09/2015) tengah malam, sekitar pukul 00.30 rombongan #TourDeTalent #OaseBackpackerFamily di rumah mbak Ira (Dominika Oktavira Arumdati) di Kaliurang, Yogyakarta. Kami baru saja menyelesaikan kegiatan di rumah mas Ilik dan Jaringan Rumah Usaha (JRU) di Semarang.
Sebenarnya kami sungkan juga bertamu tengah malam. Apalagi kami datang bersama rombongan hampir 50 orang yang melakukan konvoi dengan 5 mobil.
Tapi tuan rumah dan sahabat kami ini memang sangat baik. Mbak Ira menyambut kami dengan tangan terbuka. Kamar-kamar di rumah beliau dibukakannya untuk kami. Hampir seluruh lantai rumah sudah dihampari alas untuk tempat tidur kami. Beliau memandu kami untuk “landing” dengan nyaman dan langsung terlelap dalam istirahat.
***
Ndalem Tomat by Domika Oktavira Arumdati
Pagi hari saat bangun, dalam kesadaran yang mulai tumbuh, kami mulai menikmati rumah mbak Ira yang dijuluki Ndalem Tomat karena berada di gang Tomat. Rumah ini secara eksterior kelihatan sederhana. Tapi begitu masuk ke dalam dan menjelajahinya, kita segera tahu bahwa rumah ini dirancang secara profesional dan sangat mempedulikan detil.
By design, rumah ini hemat energi yang direfleksikan melalui bukaan-bukaan yang lebar pada hampir seluruh bagiannya. Ruangan-ruangan di dalam rumah terasa terang dan tak membutuhkan lampu di siang hari. Suasana terasa nyaman karena udara mengalir dengan lancar sepanjang lorong rumah.
Di sisi luar ada ruang terbuka yang dijadikan tempat berkumpul dan acara. Dengan fasilitas ini, Ndalam Tomat menjadi semi-publik karena memiliki ruang yang bisa digunakan untuk acara kumpul-kumpul komunitas.
Pada bagian belakang Ndalem Tomat ada sungai yang mengalir. Di depan ada hamparan sawah yang membentang. Di sawah itulah kami mengawali kegiatan dengan memperkenalkan kepada anak-anak tentang asal-usul makanan mereka. Anak-anak melihat sawah dibajak dengan sapi, bahkan beberapa orang sempat ikut naik dan membajak sawah. Setelah itu, anak-anak belajar dan ikut menebar benih kacang hijau di sawah.
Belajar tentang Pangan Lokal
Mbak Ira adalah salah satu sosok yang sangat concern dengan lingkungan dan lokalitas. Beliau mempratekkan kehidupan ramah alam dengan mengganti detergent dengan sabun lerak, tidak menggunakan sabun mandi, bercocok padi sendiri, serta aktif berjejaring bersama para aktivis Jaringan Pangan Lokal.
Sepanjang hari ini, kami berkenalan dengan beberapa aktivis pangan lokal, seperti mas Kuncoro, petani organik yang ahli pranatamangsa (perhitungan musim berdasarkan kalender Jawa) yang juga salah satu penggagas pasar alternatif POJOG (Pasar Organik Jogya).
Selain itu ada mbak Diah yang menjadi pendamping Pagesangan (sekolah kehidupan) yang mengajarkan berdamai dengan kondisi alam dengan cara membuat perencanaan makanan beras (Januari-Maret), jagung (April-Juli), dan setelah jagung habis membiasakan makan tiwul (singkong). Kami mendengarkan cerita-cerita mereka tentang kondisi pertanian kita dan kegiatan yang mereka lakukan.
Informasi tentang kondisi pertanian yang berat, ketergantungan import yang parah memang sudah sering kubaca di media. Tapi berhadapan sendiri dengan pelaku yang mengalaminya dan berjuang untuk tak menyerah terhadap keadaan memberikan pengalaman berbeda. Ada rasa yang dibagi, ada pengalaman yang diceritakan, ada energi yang terlontarkan.
Ditambah dengan panganan lokal (tiwul, wedang uwuh, aneka olahan singkong, tempe koro, dsb) yang tersaji sepanjang hari, kegiatan ini memberikan rasa yang berbeda. Setidaknya buatku yang memang sedang membuka diri seluas-luasnya untuk pengalaman berharga sepanjang kegiatan #OaseBackpackerFamily ini.
Bercengkerama sambil Belajar Angklung & Suling Bambu
Acara di Ndalem Tomat ini sangat padat. Usai menebar benih, anak-anak belajar membuat tempe. Ada Aruna dan Satrio yang bercerita tentang Pacalik (Pasar Bocah Cilik) yang diadakan di Yogya sebagai ajang belajar entrepreneurship.
Sore hari ada kegiatan angklung yang diselenggarakan oleh komunitas-komunitas angklung di seputar Yogyakarta. Ada komunitas angklung Laras Asri, Kepu Permai, Godean, dusun Dukuh, dan sebagainya.
Malam hari, anak-anak belajar suling bersama komunitas Suling Bambu Nusantara dan menonton film berbahasa Jawa. Walaupun banyak dialog yang mungkin tidak terlalu mereka mengerti bahasanya, tetapi tawa terbahak-bahak yang terjadi sepanjang kegiatan menonton film itu menunjukkan bahwa anak-anak menikmatinya.
Pada saat bersamaan, ada sharing tentang homeschooling dengan beberapa keluarga di Yogya yang sedang belajar dan ingin memulai homeschooling. Lala, Wiwiet, Anne, Annette & aku ikut terlibat dalam sharing ini.
***
Walaupun kegiatan #TourDeTalent #OaseBackpackeFamily baru berjalan dua hari, tetapi rasanya sudah banyak sekali yang kami dapatkan. Bukan hanya otak yang penuh makanan bergizi, hati pun rasanya hangat oleh pengalaman kebersamaan yang praktis tanpa konflik ini.
Hampir 50 orang berjalan bersama, ada bayi, ada nenek, dan anak-anak dengan kebiasaan berbeda, tapi semuanya bisa menahan diri dan bekerjasama untuk membuat seluruh suasana perjalanan menjadi menyenangkan.
Terima kasih teman-teman Oase yang telah menjalin kebersamaan ini. Terima kasih anak-anak yang sudah belajar menahan diri dan beradaptasi dalam aneka kondisi yang tidak nyaman selama perjalanan.
Selengkapnya:
- Belajar Melalui Travelling #OaseBackpackerFamily #TourDeTalent
- Berguru kepada mas Ilik SAs di JRU Semarang
- Berguru Pangan Lokal di Ndalem Tomat
- Jelajah Malioboro bersama Jaladwara #TourDeTalent #OaseBackpackerFamily
- Desa adalah Masa Depan Kita #TourDeTalent #OaseBackpackeFamily
- Video Dokumentasi #TourDeTalent oleh Tata
- Video Dokumentasi #TourDeTalent oleh Yudhis
2 thoughts on “Berguru Pangan Lokal di Ndalem Tomat #TourDeTalent #OaseBackpackerFamily – 3”
masyaa Allah seru banget..ndalem tomat alamatnya dimana mb, klo berkunjung tidak rombongan apakah boleh
mantap dan seru, lanjutkan