“Siang ini mau ngapain Dhis?” pagi-pagi aku bertanya kepadanya.
“Mau memperbaiki sepeda,” jawab Yudhis.
“Kamu mau belajar menyeterika?” tanyaku sambil menunjuk meja setrikaan dan sekeranjang pakaian kering.
“Boleh,” kata Yudhis.
Jadilah hari Senin (30/7) menjadi momen pertama Yudhis belajar menyeterika. Ada cukup banyak pakaian aneka bentuk, mulai celana dalam hingga handuk yang siap diseterika.
Perlahan, Yudhis mulai belajar menyeterika. Gerakannya masih canggung karena ini baru pertama kali dilakukannya. Juga, gerakannya tidak alami karena tangannnya biasanya menggerakkan mouse dan mengetik di kibor.
Tapi semua itu tak apa. Setiap hal selalu ada awal mula.
Aku memberikan contoh kepadanya cara menyeterika untuk setiap jenis pakaian, Yudhis kemudian mempraktekkannya. Sambil menemani Yudhis, aku memberikan feedback langsung kepadanya sebagai proses belajar. Juga, memberikan contoh setiap kali ada model pakaian baru yang harus diseterikanya.
***
Keterampilan menyeterika adalah bagian penting dalam proses homeschooling untuk anak-anak kami. Intinya adalah membiasakan anak-anak untuk terampil dan memiliki sikap yang tidak canggung dengan pekerjaan-pekerjaan rumah. Dengan sikap semacam ini, kami berharap mereka punya modal besar untuk survive di dunia nyata, baik ketika merantau, hidup sendiri, maupun ketika sudah berkeluarga.
Buat kami, proses belajar menyeterika tidak kalah penting dari proses belajar akademis (matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, komputer, dll). Gambar besarnya adalah proses belajar untuk terampil menjalani hidup, bukan hanya pandai dan terampil mengerjakan soal.
Banyak manfaat penting bagi anak-anak untuk belajar menyeterika dan keterampilan hidup praktis di rumah yang kami rasakan. Beberapa diantaranya adalah:
a. Belajar Bersikap Peduli
Belajar menyeterika, memasak, mengepel dan pekerjaan-pekerjaan rumah lain adalah sarana yang efektif bagi mereka untuk belajar peduli pada lingkungan sekitar. Anak-anak tak hanya bersikap egois; setiap hari hanya bermain game, belajar, dan menuntut haknya.
Pendidikan keterampilan rumah adalah sarana bagi orangtua untuk mengikis sikap keegoisan dalam diri anak. Pendidikan praktek ini lebih efektif daripada nasihat. Dengan belajar mengerjakan pekerjaan rumah, anak lebih menghargai hal-hal yang dilakukan orangtua dan anggota keluarga lainnya.
b. Belajar Kerendahan Hati
Kebiasaan melakukan pekerjaan “kasar” akan melembutkan hati anak. Mereka tak mudah jijik. Mereka tak meremehkan hal-hal kecil yang penting dan berkontribusi dalam kehidupan mereka. Ketika mereka belajar melakukan pekerjaan rumah, anak-anak akan merasakan bahwa melakukan pekerjaan itu bukan sebuah hal yang mudah.
Pakaian rapi tak muncul begitu saja di dalam lemari. Makanan tak secara ajaib terhidang di atas meja. Rumah yang rapi tak terjadi karena sulap. Ada proses yang harus dilakukan dan proses itu harus dihargai, siapapun yang melakukannya.
c. Keterampilan Praktis untuk Hidup
Dampak langsung dari belajar menyeterika, memasak, membuang sampah dan keterampilan hidup praktis di rumah adalah membuat anak-anak tak canggung bekerja. Mereka tak hanya tahu dan pintar, tetapi mereka adalah anak-anak yang bisa dan biasa bekerja.
Ketika dewasa, anak-anak yang terampil ini pasti akan lebih survive. Di manapun mereka hidup, mereka mudah beradaptasi dan survive.
d. Lapang Hati Menjalani Hidup
Anak-anak yang terbiasa dengan pekerjaan rumah tak akan mudah mengeluh dan sempit hati. Mereka lebih lapang hati menjalani keseharian. Ada pembantu mereka bahagia. Tak ada pembantu, mereka bisa mengerjakannya sendiri.
Apalagi kalau orangtua mencontohkan dan mendidikkan proses bekerja yang penuh keikhlasan dan kebahagiaan. Pekerjaan rumah bisa menjadi alat yang baik untuk mendidik anak-anak yang lentur menjalani kehidupan.
Kelenturan, kelapangan hati, kesyukuran adalah modal besar untuk kebahagiaan.