Salah satu nilai-nilai yang kami ajarkan kepada anak-anak adalah keterampilan sosial untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam konteks sosial, anak-anak bukan hanya belajar tentang kelompok yang sama dengan mereka, tetapi juga belajar tentang kelompok yang berbeda dengan mereka.
Bagaimana menyikapi perbedaan? Kami mengajarkan dua prinsip utama kepada mereka, yaitu toleransi dan apresiasi.
Toleransi dalam konteks berarti menanamkan nilai bahwa perbedaan (keyakinan, agama, pendapat, politik, suku, dll) adalah hal yang wajar di dalam kehidupan. Perbedaan dilihat dalam sudut pandang setara. Identitas yang satu tak lebih baik atau lebih buruk daripada yang lain. Seseorang lebih baik atau lebih buruk karena perbuatannya, bukan karena identitasnya.
Selain toleransi, nilai-nilai yang kami tanamkan kepada anak-anak adalah apresiasi. Di dalam perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat, selalu ada hal yang bisa kita pelajari dari yang berbeda dengan kita. Orang yang berbeda dengan kita pasti memiliki kebaikan & kelebihan. Apresiasi adalah kesediaan melapangkan hati dan kerendahan hati untuk melihat hal-hal positif itu.
Kami berharap, anak-anak selalu merasa nyaman bergaul dengan siapapun. Dan siapapun merasa nyaman bergaul dengan mereka. Itu adalah bagian dari kedewasaan iman dan kemampuan mereka membawakan diri secara sosial.
***
Kami beruntung memiliki keluarga yang toleran sekaligus beragam. Keberagaman menjadi ruang belajar yang bagus dan mudah untuk anak-anak. Tak perlu teori dan doktrin, anak-anak bisa belajar melalui praktek keseharian yang mereka lihat dan rasakan.
Seperti yang terjadi kemarin. Tanggal 24 Desember menjadi hari berkumpul di rumah salah satu keluarga yang merayakan Natal. Anak-anak bertemu Eyang, Om, Tante, dan para sepupunya. Pada saat bersamaan, mereka belajar tentang Natal. Mereka belajar dan merasakan suasana Natal sebagaimana mereka belajar dan merasakan suasana Idul Fitri di waktu yang lain.