Dengan 3 anak, aku mengalami 3 proses belajar berbicara yang berbeda-beda. Masing-masing menurutku menarik untuk dipelajari.
Pada waktu Yudhis, dia seperti bayi pada umumnya yang belajar bicara dengan “bahasa planetnya”. Dia memanggil kami dengan sebutan “ibu yaya dan bapak aang”. Ketika Tata, dia tidak melewati fase itu. Begitu dia bisa bicara, kata2 yang keluar sempurna lengkap dengan huruf “R” yang sangat jelas, seperti “Halo Eyang Putri, apa kabar?”
Sekarang, ada Duta yang mulai belajar bicara. Usianya saat ini 2.5 tahun tapi masih sedikit sekali bicaranya. Awalnya kami tidak terlalu merasakan hal itu sebuah hal yang aneh. Kami berfikir, mungkin dia hanya malas saja karena anaknya pada dasarnya memang pendiam. Pada saat bersamaan, banyak anak-anak sahabat kami yang seumur Duta sudah sangat “ceriwis” entah ngomong bahasa planet atau berbicara dengan baik dan benar seperti Tata.
Beberapa minggu yang lalu ketika Duta sakit dokter menyarankan untuk memeriksakan Duta ke dokter spesialis syaraf anak untuk melihat apakah ada sesuatu yang membuat Duta tidak kunjung bicara. Untungnya, begitu Duta sehat dan kami melakukan beberapa stimulus terhadap Duta, dia kemudian memberikan respon yang positif. Dia mulai aktif berbicara dan bahkan terlibat dalam percakapan.
Sejak itu aku semakin percaya bahwa anak memang membutuhkan stimulus yang baik. Aku tidak bisa hanya mengandalkan keyakinan bahwa “suatu hari dia akan bicara kok”. Bagaimanapun stimulus itu penting. Dalam kasus Duta, mungkin kesibukan kami membuat dia agak kurang terstimulus dibandingkan kakak-kakaknya sebelumnya.
Berikut adalah cuplikan stimulus untuk membantu anak belajar berbicara yang disadur dari buku “Teach Me How to Say It Right: Helping Your Child with Articulation Problems” by Dorothy P. Dougherty.
1. Apakah Anda seorang model yang baik?
Contohkan cara berbicara yang benar pada anak. Para ahli percaya bahwa Anda tidak harus menggunakan “bahasa bayi”. Sebagai contoh, adalah jauh lebih baik untuk mengatakan, “Adik haus, ini botolmu” daripada, “adik aus ya, ni otoynya”. Bahasa yang digunakan jelas, alami, dan yang paling penting dari semua “bicara dengan bahasa yang benar”. Sebelum anak Anda berbicara, ia akan mendengarkan semua yang Anda katakan, dan bagaimana Anda mengatakannya.
2. Apakah Anda masuk ke dunia anak Anda dan mengikutinya?
Ketika anak mulai berkomunikasi dengan Anda, fokuslah pada kata-kata dan benda-benda yang penting bagi hidupnya. Misalnya jika ia menunjuk pada tupai berlari di pohon, jangan bicara tentang anjing di seberang jalan. Bicaralah tentang tupai. Sebagai contoh katakanlah “Lihat tupai itu, dia memiliki ekor lebat”
3. Apakah ada melodi tari dalam otak bayi Anda?
Semua orang tahu bahwa secara naluriah bernyanyi menenangkan bayi rewel. Para psikolog percaya bahwa musik meningkatkan perkembangan otak mulai sejak awal bulan kehidupan. Dengan mengekspos anak Anda pada musik sejak awal hidupnya, Anda dapat meningkatkan kemampuannya untuk memahami informasi, mendengar perbedaan suara, dan merangsang kemampuannya untuk mengulang kata-kata yang dia mendengar. Banyak mainan favorit anak yang memainkan musik, dan dia mungkin akan menikmati mendengarkan radio, atau Anda, karena Anda bersenandung, bersiul, atau menyanyikan lagu favorit anda.
4. Apakah Anda bagian dari tindakan?
Ketika Anda bermain musik, bernyanyi, bernyanyi dan tertawa, tunjukkan bahwa Anda menikmatinya dan menjadi bagian dari kegiatan itu. Walaupun bayi Anda adalah unik dan dapat menikmati berbagai macam musik, beberapa ahli berpikir bahwa bayi baru lahir paling terhibur dengan musik lembut yang menenangkan, termasuk lagu menjelang tidur, balada, blues lembut, dan lagu-lagu rakyat. Ketika anak Anda duduk di pangkuan Anda, ia dapat menikmati dan mendengarkan Anda menyanyikan lebih lagu gembira, seperti “Row, Row, Row Your Boat,” “Itsy Bitsy Spider” dan “Twinkle, Twinkle Little Star.” Banyak dari lagu-lagu memiliki gerakan yang disesuaikan dengan lirik. Tunjukkan anak Anda dengan tindakan dan kata-kata bahwa Anda menikmati waktu Anda bersama-sama.
5. Apakah Anda bermain dengan suara?
Sejak awal, berikan anak Anda pengalaman mendengarkan suara yang berbeda. Mendengar perbedaan antara suara, atau diskriminasi pendengaran, memiliki hubungan yang penting untuk belajar mengatakan suara dengan benar serta belajar membaca. Berikan komentar pada suara-suara di sekitar Anda. Katakanlah, “Dengarkan jam berdetik,” atau bertanya, “Apakah adik mendengar suara pesawat itu? Suaranya keras sekali” Bicaralah tentang suara kepada anak Anda ketika ia membuat cipratan di bak mandi, tepukan tangan, dan minta dia menjejakkan kaki. Pukul panci dengan sendok, atau jatuhkan balok ke dalam wadah kosong yang berbeda terbuat dari plastik, logam, atau karton. Bicara tentang perbedaan suara yang terdengar saat balok jatuh ke dalam tempat masing-masing.
6. Apakah Anda melakukan kontak mata dengan anak Anda?
Lakukan kontak mata sebelum Anda mulai berbicara dengan anak Anda. Biasakan menyebut namanya daripada sekedar “Hai” atau “Dengar,” untuk menarik perhatian lebih lama. Jika anak Anda terlihat jauh, panggil namanya lagi untuk melihat apakah ia tertarik untuk terus bermain dan berbicara dengan Anda. Gunakan hanya satu nama yang digunakan secara konsisten karena beberapa ahli percaya bahwa menggunakan lebih dari satu nama (Tom, Tommy, Thomas) dapat membingungkan anak pada usia dini.
7. Apakah Anda menggunakan kata-kata yang jelas?
Berbicara dengan jelas dan perlahan-lahan kepada anak Anda tentang apa yang terjadi di sekelilingnya. Jika Anda berbicara pada kecepatan yang lambat tapi nyaman dan mengatakan dengan jelas, akan lebih mudah baginya untuk belajar berkata-kata yang jelas. Juga, gunakan frase dan kalimat pendek, sehingga dia bisa memahami aturan tata bahasa dengan lebih mudah. Namun, jangan meninggalkan kalimat kompleks sepenuhnya. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang terekspos kalimat yang mengandung kata-kata kompleks (seperti “karena” dan “yang”), belajar untuk mengekspresikan kata-kata ini lebih awal dari anak-anak yang orangtuanya jarang menggunakan kata-kata itu.
8. Ulangi, ulangi, dan ulangi
Mainkan permainan yang sama dan menyanyikan lagu yang sama berulang-ulang. Anak Anda akan segera belajar untuk mengantisipasi kata-kata dan gerak tubuh. Pada sekitar enam bulan, anak Anda biasanya memiliki buku favorit. Meskipun membaca buku yang sama empat kali dalam satu pagi (atas permintaan anak Anda) mungkin melelahkan bagi anda, tetapi pengulangan akan memperkuat belajarnya. Membaca kata-kata yang sama berulang akan membantunya belajar untuk membuat hubungan antar kata-kata saat dia mendengar dan melihat gambar-gambar. Seorang anak harus mendengar sebuah kata berkali-kali dan memahami maknanya sebelum ia akan mengungkapkannya.
9. Apakah Anda mengenali dan menciptakan kesempatan belajar?
Mengunjungi kebun binatang, museum, atau akuarium akan memberikan anak Anda kesempatan yang indah untuk belajar tentang dunia. Sayangnya hal ini tidak bisa terjadi setiap hari. Oleh karena itu, sangat penting untuk belajar mengenali ratusan peluang yang ada di sekitar Anda setiap hari untuk meningkatkan kemampuan bicara anak Anda dan belajar bahasa. Kemampuan bicara dan belajar bahasa bukanlah kegiatan yang membutuhkan waktu khusus Anda setiap hari, tetapi merupakan hal yang terjadi sepanjang hari dalam bentuk yang sederhana. Yang terpenting adalah perhatian. Berbicaralah dengan anak Anda setiap saat tentang hal-hal keseharian.
[Disarikan dari “Teach Me How to Say It Right: Membantu Anak Anda dengan Masalah Artikulasi” oleh Dorothy P. Dougherty, MA, CCC-SLP. (Diterbitkan oleh New Harbinger Publications, Inc; 1-57224-403-8 Hak Cipta © 2005 oleh Dorothy P. Dougherty..)]
3 thoughts on “Ajari Aku Bicara”
sangat menarik artikelnya terima kasih. ada satu pertanyaan saya yg blm ada pada 9 point di ata. Keponakan saya diajarkan dua bahasa inggri & indonesia sedini mungkin (sejak belum bisa bicara usia 9 bln). Apakah metode ini bisa berjalan? tidak kah anak akan bingung dgn adanya dua informasi yg berbeda? trims’
Yang kami tahu, yang paling penting itu adalah anak menguasa bahasa yg digunakan dalam keseharian di rumah/sekitarnya. Yg penting prosesnya berjalan alamiah. 😉
ibu herly moenara, saya setuju dgn pak Aar, hanya sedikit menambahkan. Untuk kasus anak yang sudah berusia bicara, tapi belum banyak kosakata, atau kategori anak terlambat bicara, atau ABK, sebaiknya digunakan satu bahasa yang umum digunakan oleh seluruh keluarga/lingkungan, supaya anak tdk mengalami “bingung bahasa”.. Saya mendapatkan saran ini dari terapis wicara untuk anak saya, dan memang anak saya, yang awalnya di rumah menggunakan dua bahasa (Indonesia dan Jawa), dia lebih cepat faham konsep setelah kami sepakat menggunakan satu bahasa di rumah.