fbpx

21 Sosialiasi homeschooling

 

Salah satu prasangka dan miskonsepsi terbesar tentang homeschooling adalah anak-anak homeschooling tidak punya teman dan tidak bersosialisasi dengan baik.

Mengapa prasangka ini muncul? Karena banyak orang membayangkan anak-anak homeschooling itu hanya dikurung di rumah dan tidak punya teman.

Padahal, homeschooling justru memberikan waktu bermain yang sangat luas, yang tak dibatasi dinding-dinding kelas. Waktu bermain pun sangat banyak. Itu sebabnya, sebagian praktisi yang mendidik anaknya sendiri lebih suka menyebut dengan istilah berbeda, misalnya worldschooling, travelschooling, dan lain-lain.

Di Amerika Serikat, ada sejumlah penelitian tentang kondisi anak-anak homeschooling yang ternyata tak bermasalah secara sosial. Anda dapat membaca ringkasannya di sini:

a. National Home Education Research Institute: http://www.nheri.org/research/research-facts-on-homeschooling.html
b. Homeschool Legal Defense Associationhttps://www.hslda.org/docs/nche/000000/00000068.asp

***

Bentuk Sosialiasi yang Berbeda

Bagi orangtua homeschooling, sosialisasi anak adalah tantangan yang harus dijawab dengan bukti nyata, bukan melalui perdebatan. Kita perlu mendidik anak-anak kita agar memiliki nilai-nilai sosial yang baik, terampil secara sosial, dan tak bermasalah dalam berinteraksi dengan beragam orang yang memiliki latar belakang berbeda.

Memang, model pergaulan anak-anak homeschooling berbeda dengan anak sekolah. Anak sekolah terbiasa bermain dengan teman sebaya selama bertahun-tahun. Model pertemanan sebaya ini disebut horizontal socialization.

Sementara itu, anak homeschooling sangat terpapar dengan sosialiasi lintas-usia (vertical socialization). Di rumah, anak-anak berinteraksi dengan anggota keluarga yang lintas usia, di lingkungan sekitar anak-anak bermain tanpa memandang usia, demikian juga saat anak-anak ikut klub atau berorganisasi.

Bagi orangtua homeschooling, keterampilan bersosialisasi lintas-usia itu sangat penting. Sebab, tak ada sekelompok masyarakat yang berkumpul dan semuanya memiliki usia sebaya. Itu hanya terjadi di sekolah.

Di rumah, di lingkungan, di organisasi, di kantor, dan tempat-tempat lain; secara alamiah isinya adalah orang dengan beragam usia. Jadi, ketika anak-anak sejak kecil terbiasa bergaul dengan siapapun (tanpa memandang usia), maka dengan mudah mereka akan berintegrasi dengan masyarakat saat masuk usia kerja atau saat mulai berkarya.

***

Jadi, proses sosialisasi anak homeschooling memang berbeda dari anak sekolah.

Berbeda bukan berarti lebih buruk. Bahkan, berbeda bisa menjadi keunggulan.

Nah, pengembangan keterampilan sosial anak-anak adalah salah satu tantangan bagi keluarga homeschooling. Dan proses itu sangat bisa diawali dan dikembangkan dari rumah.
Salam,
Aar+Lala

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.