fbpx

Yudhis Memulai Homeschooling Tingkat SMA

Tahun 2015 ini menjadi akhir masa SMP bagi Yudhis. Dia baru saja menyelesaikan Ujian Paket B yang bersamaan membawanya masuk ke usia ke-15.

Sebagaimana prinsip parenting baik yang menempatkan anak semakin maju dan aktif dalam pengambilan keputusan menyangkut dirinya, kami pun mundur selangkah lagi dan mengajukan pertanyaan ke Yudhis.

“Apa rencanamu ke depan?” tanya kami kepada Yudhis.
“Setahun ke depan, aku mau memperbanyak volunteer dan magang. Aku mau mengejar sertifikasi dan beberapa skill yang kuperlukan.”

“OK,” jawab kami sepenuh hati mendukung inisiatif Yudhis. “Coba kamu tuliskan ya supaya bisa membantu kamu untuk fokus dan evaluasi, juga membantu Bapak & Ibu kalau menurutmu ada yang perlu dibantu.”

Yudhis kemudian mulai menuliskan rencananya. Saat ditunjukkan kepada kami, Lala memberikan feedback agar membuat materinya secara visual. Selain sebagai bentuk latihan desain, hasilnya juga bisa menjadi penyemangat dan pengingat karena ditempel di dinding ruang belajarnya.

Yudhis setuju dan inilah hasilnya:

Yudhis-Vision-Board

Yudhis juga sudah membuat rencana detil dan checklist untuk proses yang akan dilaluinya dalam setahun ke depan. Vision board dan checklist itu dicetak digital dan ditempel di dinding ruang belajar Yudhis.

Yudhis-Detailed-Plan

***

Prinsip-prinsip Homeschooling Remaja

Berikut ini beberapa prinsip yang kami gunakan untuk mendampingi homeschooling Yudhis yang sudah mulai remaja dan berada di tingkat SMA:

a. Membangun toleransi, apresiasi dan komunikasi

Walaupun remaja sering diidentikkan dengan pemberontakan, aku tak percaya bahwa hubungan antara orangtua dan anak harus menjadi renggang. Buatku, hubungan orangtua dan anak harus tetap baik.

Dalam bayanganku, kuncinya adalah trust kepada anak dan membangun komunikasi yang baik.

Kami sebagai orangtua perlu belajar untuk tidak menjadi sok tahu, perlu lebih banyak mendengarkan sudut pandang anak. Kami perlu belajar tidak memerintah dengan suka-suka karena dia sudah menjadi seorang dewasa muda yang perlu diperlakukan dengan terhormat melalui dialog yang baik sekaligus secara logis.

b. Memberi ruang lebih luas untuk membentuk identitas diri

Remaja usia SMA adalah saat anak mulai membentuk identitas dirinya yang berbeda dari orangtuanya. Anak mengenali apa yang disukai dan tak disukainya. Anak ingin menjalani hal-hal baru dengan inisiatifnya sendiri. Anak mulai mencari identifikasi dengan hal-hal eksternal di luar keluarga.

Beberapa rencana kegiatan yang dibuat Yudhis terkait dengan proses sosialisasi, baik dengan teman-teman sebaya maupun di dunia sosial dan profesional. Dan kami mendukung rencananya.

c. Ing Madya Mangun Karsa

Berada di posisi tengah membangun kehendak, itulah salah satu prinsip kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara. Kami tak lagi mengambil tempat di depan untuk memimpin dia. Kami mundur selangkah dan memberikan ruang baginya untuk membuat rencana dan keputusan yang terkait dengan dirinya sendiri.

Dan untuk itu, kami memberinya ruang untuk inisiatifnya. Dia ingin volunteer, ingin belajar teater, belajar menulis, ingin magang, belajar dance, belajar gitar, dan sebagainya. Kami berusaha tak mengoreksi rencana-rencananya dan membiarkan dia belajar dari proses yang dialaminya. Bahkan kami memberikan pendapat untuk memfasilitasi prosesnya.

d. Mengenali dan mengasah kekuatan

Proses sepanjang homeschooling tingkat SMA ini akan berfokus untuk mengenali dan mengasah kekuatan Yudhis. Beberapa eksplorasi masih terus dilakukan. Tetapi fokus untuk mengasah kekuatan semakin dilakukan.

Dari sisi minat, kelihatannya Yudhis semakin berminat ke game, dengan minat khusus pada table top game. Let’s see bagaimana dia akan mengasah kemampuannya di seputar dunia ini, baik dari sisi game design, grafis, permainan, maupun bisnisnya. Proses ini akan dilakukannya melalui proses belajar mandiri, ikut pelatihan, bergabung dengan komunitas, dan magang di dunia profesional.

e. Terjun ke dunia nyata

Ketika anak sudah semakin besar, hal yang penting menurutku adalah melibatkan mereka ke dunia nyata, baik dunia sosial maupun dunia profesional. Idealnya dua dunia itu saling berkaitan, dunia sosial dikerjakan secara profesional dan dunia profesionalnya berdampak baik secara sosial.

Untuk mengasah sisi empati dan dunia sosial, Yudhis merencanakan untuk melakukan volunteer 30 hari dalam setahun. Menurut rencana, dia ingin memanfaatkan situs www.Indorelawan.org dalam proses volunteer ini.

Untuk mengasah dunia profesional, selain menjalani proses magang di STAR (Student Associate Program) bersama para founder startup, Yudhis merencanakan beberapa magang yang berbeda.

Perbedaan proses ekspose ke dunia nyata antara sekarang dan dulu adalah para proses pengambilan keputusan. Dulu kami yang membimbing atau menyarankan kepadanya. Sekarang, semua proses ada di tangan dia. Dia yang memutuskan ingin melakukan apa dan di mana.

***

Catatan ini bukan sebuah teori dan ideal. Ini adalah perjalanan (journey) homeschooling yang sedang kami jalani di keluarga kami. Bagaimana prakteknya? Pasti ada yang berhasil, ada yang gagal. Ada yang sesuai rencana, ada yang berubah seiring waktu karena berbagai hal.

Bagi kami, yang penting semua proses ini dinikmati bersama. Yang penting terus bertumbuh dan berusaha membangun diri menjadi manfaat kebaikan bagi sesama dan semesta.

8 thoughts on “Yudhis Memulai Homeschooling Tingkat SMA”

  1. Andarany Kartika Sari

    Assalamu alaikum pak, diatas disebutkan bahwa yudish ingin magang, bagaimana anak bisa magang sedangkan setau saya jika ingin magang mesti ada surat resmi dr sekolah pak?mohon penjelasannya. trimakasih sebelum dan sesudahnya .

    1. Tergantung jenis tempat magangnya. Ada yang mensyaratkan surat sekolah, ada yang tidak. Yudhis memperoleh kesempatan magang setelah lolos tes magang dari sebuah perusahaan joint venture Indonesia – Jepang

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.