fbpx

Wisata Belajar (1): dari Dunia Virtual ke Dunia Fisik

Akhirnya sampai Salatiga

Akhirnya waktu itu datang juga. Tanggal 16 Februari 2012 adalah hari besar buat kami. Kami jadi berangkat melakukan perjalanan ke Salatiga!

Perjalanan ke Salatiga ini sebenarnya sudah beberapa kali kami rencanakan, tetapi selalu tertunda karena satu dan lain hal. Jadi ketika hari keberangkatan itu tiba, kebahagiaan itu rasanya nikmat sekali.

Sejak pagi, Lala sibuk menyiapkan pakaian dan perlengkapan pergi. Persiapan ini agak terlambat karena tiba-tiba ada kesibukan dadakan yang menyelip akibat sehari sebelum keberangkatan, Lala dan Pelangi Nada muncul dalam berita di Jawa Pos. Banyak telepon, email, dan kontak yang harus dilayani akibat pemberitaan di Jawa Pos ini. Beberapa orang memesan CD Pelangi Nada dan harus disiapkan saat itu juga karena kami akan pergi selama seminggu.

Dalam persiapan menjelang perjalanan ke Salatiga, Yudhis & Tata bebas dari jadwal harian mereka. Hanya jadwal belajar bersama Eyang Putri yang ada. Selain itu, mereka bermain dan menjaga Duta.

***

Terminal Rawamangun. 16/02/2012, 19.25.

Saat taksi yang mengantarkan kami dari rumah memasuki terminal bus Rawamangun, sudah ada keluarga Mella lengkap beserta ibu Siti Jauhar, bundanya mas Faizal yang mengambil cuti untuk mengikuti kegiatan ini. Terminal Rawamangun masih ramai dan sibuk walaupun hari sudah malam, sebuah ciri khas kehidupan kota besar seperti Jakarta.

Menyusul datang, Wiwiet bersama Atala. Dan terakhir adalah Dinar, ibu hamil 8 bulan yang nekad mengikuti perjalanan ini bersama Alma, lengkap dengan 2 koper besarnya. Total peserta perjalanan ini adalah 14 orang. Wah, banyak juga ya!

Cerita seru menjelang keberangkatan ini adalah mengenai Dinar yang berkemauan keras untuk mengikuti perjalanan ini walaupun sedang hamil 8 bulan. Jauh-jauh hari, Dinar menyatakan ikut pergi. Menjelang keberangkatan, Dinar mengundurkan diri karena kondisi fisiknya agak berat untuk dibawa perjalanan jauh. Tetapi sehari menjelang keberangkatan, tiba-tiba Dinar memutuskan untuk berangkat.

“Pokoknya jangan khawatir. Tiketnya aku cari sendiri,” kata Dinar dengan kemandirian dan kemauan kerasnya. Dan ternyata, Dinar berhasil mendapatkan tiket untuk bus yang sama dengan rombongan.

***

Pukul 20.05, bus Gunung Mulia yang kami tumpangi berangkat dari terminal bus Rawamangun.

“Busnya berangkat tepat waktu,” kata seorang penumpang. Mungkin karena bus sudah penuh dan tak harus menunggu penumpang lain. Anak-anak sudah duduk tenang di kursinya masing-masing setelah sebelumnya heboh ingin segera naik bus dan berangkat jalan-jalan.

Perjalanan relatif lancar walaupun jalan di sepanjang Pantura terasa bergelombang di beberapa bagian. Setelah merambat menjelang Alas Roban karena ada kecelakaan, bus sampai di Salatiga menjelang pukul 08.00.

“Turunnya di perempatan Pasar Sapi ya?!” pesan mbak Septi kepada kami dalam kontak-kontak sepanjang perjalanan. “Nanti transitnya di rumah ibu saya yang berada di dekat sana.”

Turun dari bus di Salatiga yang sejuk, kami langsung disambut mas Yuli yang mengantarkan kami ke rumah Eyang Salim (ibunda mbak Septi). Di sana, sudah ada Eyang Salim yang menyambut dengan hangat bersama Fena (tim dari Lebah Putih). Di rumah peninggalan Belanda yang berpintu dan berjendela tinggi itu, kami merasakan suasana kekeluargaan keluarga dekat berkat keramahan Eyang Salim.

Demikian pun saat mbak Septi dan mas Dodik datang naik sepeda dengan pakaian olah raganya. Suasana hangat dan akrab langsung kami rasakan. Rasaneperti bertemu saudara dan sahabat lama yang terpisahkan oleh waktu dan jarak untuk bertemu. Padahal, ini adalah pertemuan fisik pertama kami dengan mbak Septi dan mas Dodik. Sebelum ini, semua interaksi itu virtual melalui Facebook, Twitter, dan handphone. Terima kasih Internet dan teknologi yang telah membuat hal-hal seperti ini terjadi.

Obrolan gayeng ditemani jus sirsak dari pohon di halaman bersama mbak Septi dan mas Dodik ini mengawali proses kami nyantrik dan belajar di Salatiga.

Bersambung ke: Wisata Belajar (2): Nyantrik di Moo’s Camp Boyolali

2 thoughts on “Wisata Belajar (1): dari Dunia Virtual ke Dunia Fisik”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.