fbpx

Petualangan Belajar #3: Jemparingan, Panahan Tradisional Jawa

Kamis (20/10) kegiatan utama kami masih berkisar tentang rapat koordinasi. Karena kepanitiaan Pertemuan Nasional Pendidikan Alternatif melibatkan tim dari Jakarta dan Yogyakarta, banyak sekali hal yang harus dikoordinasikan karena proses koordinasi secara online tidak mudah dilakukan.

(Sebelumnya: Belajar Menikmati Ketidakpastian)

Belum lagi, kegiatan ini banyak melibatkan relawan (volunteer). Panitia tidak dibayar, bahkan membayar sendiri biaya operasionalnya. Demikian pun para relawan yang membantu penyelenggaraan Pertemuan Nasional ini.

Kemarin aku mengurusi konferensi pers bersama tim media. Hari Kamis, fokus kegiatan lebih berisi koordinasi teknis persiapan acara yang tinggal sehari lagi.

Makan Nasi Kucing di Angkringan

Sambil melakukan petualangan belajar ini, anak-anak belajar tentang banyak hal. Salah satunya tentang makanan.

Selama ini, Duta termasuk anak yang agak “picky”, tak mudah makan sebuah hal yang baru dikenalnya. Dia biasa hanya mau mau makan makanan tertentu yang disukainya seperti ayam goreng dan sejenisnya.

Nah, perjalanan ini menjadi latihan yang bagus untuk Duta agar lebih lentur dalam memilih makanan. Seperti halnya Kamis siang ini, kami berempat (aku, Yudhis, Tata, dan Duta) makan siang di angkringan. Lala tidak ikut karena sedang rapat koordinasi kepanitiaan.

Di angkringan, kami makan nasi kucing yang ukurannya kecil. Pilihan lauknya tempe atau sambal. Ternyata Duta bisa belajar untuk menikmati makanan yang ada, yang penting tidak pedas.

Sementara itu, Yudhis dan Tata sudah lebih lentur mengenai makanan. Mereka tak ada masalah dengan nasi kucing dan lauk apapun yang tersedia. Buat Yudhis, yang penting banyak dan mengenyangkan. Enam porsi nasi kucing dilahap Yudhis dengan cepat, ditemani lauk sate usus ayam!

Belajar Jemparingan di Alun-alun Kidul

Dalam perjalanan ini, kami mendapatkan pengalaman berharga.

Berawal dari kontak di Facebook saat awal kedatangan di Yogya, aku berkomunikasi dengan mas Hafiz Priyotomo, seorang aktivis Jemparingan Langenastro. Beliau adalah kakak kelas saat dulu kuliah dan sekarang bermukim di Yogya serta aktif dalam kegiatan jemparingan.

Jemparingan adalah kegiatan panahan tradisional bergaya Mataram. Jemparingan memiliki perbedaan-perbedaan dibandingkan olahraga panahan pada umumnya, misalnya: jenis busur dan anak panah yang digunakan, sasaran panah, teknik memanah. Yang paling terlihat, jemparingan dilakukan dalam posisi duduk dan mengenakan kostum pakaian tradisional.

Walaupun sempat janjian, tapi kami sempat ragu karena cuaca di Yogya tidak menentu. Di tengah siang yang terik, tiba-tiba cuaca mendung dan hujan deras. Duta sempat menikmatinya dengan berhujan-hujan di halaman.

hujan-hujanan

Untunglah menjelang pukul 14.30 hujan berhenti. Kami segera bersiap dan memesan taksi untuk menuju Alun-alun Kidul, tempat latihan panahan perkumpulan Jemparingan Langenastro. Kami bertemu di tempat latihan jemparingan di: Jl. Langenastran Kidul no. 6 Yogyakarta.

Di tempat latihan, sudah ada mas Hafiz, mbak Ratna (isterinya), dan mas Wedha (putranya). Mereka menjadi pemandu sekaligus pelatih untuk anak-anak. Dengan sabar mas Hafiz menjelaskan dan memfasilitasi proses belajar jemparingan yang dilakukan anak-anak.

Mas Hafiz menjelaskan tentang perbedaan jemparingan dengan panahan yang pernah dipelajari Yudhis, Tata, dan Duta. Secara bertahap proses jemparingan dijelaskan dan anak-anak mencoba menarik busur panah alias njemparing.

jemparingan01 jemparingan02 jemparingan03

jemparingan

Senang melihat kegiatan budaya seperti jemparingan ini. Mudah-mudahan kegiatan semacam jemparingan ini semakin berkembang dan menjadi ikon & daya tarik budaya baru, yang mengantarkan proses pembelajaran budaya yang sudah lama terpinggirkan.

Kejutan & Dinamika Lapangan

Pulang kegiatan jemparingan, dua kejutan berkaitan dengan persiapan Pertemuan Nasional Pendidikan Alternatif menghampiri. Lala menyampaikan bahwa besok kami harus check out dan berpindah penginapan ke Omah Kebon agar bisa berkoordinasi dengan panitia lain secara lebih intensif. Itu berarti, kami harus segera packing dan besok pagi-pagi harus membawa semua barang untuk pindahan yang waktunya bersamaan dengan dimulainya Pertemuan Nasional.

Malam hari, sebuah kejutan lain datang. Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid membatalkan kehadirannya. Padahal beliau direncanakan membuka Pertemuan Nasional Pendidikan Alternatif ini.

#petualanganbelajar #travelschooling #jemparingan

(bersambung)

 

2 thoughts on “Petualangan Belajar #3: Jemparingan, Panahan Tradisional Jawa”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.