Keluarga kami memang menyukai belajar melalui permainan. Hal paling minimal yang kami dapat dalam proses belajar melalui permainan ini adalah makin dekatnya ikatan (bonding) di antara kami sebagai keluarga.
Bentuk permainan yang dimainkan bisa digital juga bisa juga non digital. Yang penting main barengnya.
Yang seru dari proses bermain bersama adalah jika kami mendapat harta karun: ketika ada mainan yang disukai, dimainkan berulang-ulang dan kemudian memicu ketertarikan pada hal-hal lain di luar permainan tersebut. Contohnya adalah permainan papan (boardgame) “The Festivals” dari Manikmaya Games.
Perkenalan dengan Boardgame “The Festivals”
Awalnya kami dikenalkan boardgame “The Festivals” ini oleh Yudhis yang memang sedang gandrung dengan aneka jenis boardgame. Bahkan bersama teman-temannya, dia menginisasi Paradox Board Game Club, sebuah klub tempat Yudhis dan teman-temannya berkumpul untuk bermain boardgame bersama.
Ternyata permainan “The Festivals” ini seru. Dalam permainan ini kita menjadi pelancong yang berkeliling Indonesia untuk mengunjungi aneka Festival yang ada di Indonesia. Permainan yang dirancang untuk anak usia 8 tahun ke atas ini bentuknya beda banget dengan gameboard yang biasa kami mainkan. Tidak ada dadu, bidak pelancong bisa bergerak random ke mana saja, tapi tetap seru dan menegangkan, apalagi kalau ada halangan badai yang bisa dipasang oleh pemain dengan angka terendah.
Yang menarik, sambil bermain ada kartu festival yang kami baca secara bergantian. Kartu festival itu menceritakan tentang keunikan tiap festival yang harus kami kunjungi saat itu. Ternyata tidak hanya anak-anak yang baru mendengar nama-nama festival itu, bahkan aku dan mas Aar saja masih awam dengan beragam festival yang ada di Indonesia. Hal ini cukup menggelitik hati & keinginan kami untuk bermimpi bisa keliling Indonesia untuk menikmati beragam festival yang ada.
***
Memperdalam Materi Boardgame
Setelah berkali-kali memainkan permainan “The Festivals”, tiba-tiba Duta bertanya sambil senyum-senyum, “Bau Nyale itu bau nggak ya bu?”
Padahal sebenarnya Duta sudah baca juga di dalam kartu The Festivals kalau “bau” itu artinya menangkap “nyale = cacing laut”. Tapi mungkin istilah bau nyale itu masih asing di telinga Duta.
“Hayo, mau lihat nyale benerannya nggak?”
Akhirnya kami googling tentang bau nyale. Dan Duta bertanya lagi:
“Enak nggak ya bu rasanya?”
“Waa ibu nggak tahu, kan sama-sama belum pernah.”
“Tapi harusnya enak, karena orang-orang banyak cari. Kayak jelly gitu kali ya?”
“Tapi kayaknya ibu pusing kalau harus makan nyale.”
“Mungkin digoreng garing bu.”
“Tapi kalau digoreng garing kisut dong. Ini katanya dipepes Dut,” kataku sambil membaca beberapa tulisan di internet tentang cara masak cacing laut ini.
“Trus kenapa banyak tenda ya bu?” tanya Duta lagi
“Soalnya kayaknya mereka mencari nyale itu pagi-pagi banget. Jadi mereka bermalam di tepi laut.”
Beragam obrolan lain pun mengalir seputar festival-festival yang dikenalnya melalui permainan tersebut.
Lapbook Festival di Indonesia
Dari kegiatan mengobrol tentang festival-festival yang ada di Indonesia, aku mengusulkan kepada Duta untuk mengumpulkan foto-foto festival yang dia kenali dari game “The Festivals” untuk bisa mendapatkan bayangan lebih jelas tentang festival-festival yang ada di Indonesia daripada hanya googling penasaran saja.
Setelah foto-foto aneka festival terkumpul, aku kemudian membantu untuk mencetaknya. Aku juga memberikan peta Indonesia supaya Duta semakin akrab dengan pulau-pulau yang ada di Indonesia.
Duta kemudian menggunting, menempel dan mencari secara lebih detil lokasi festival-festival tersebut. Kegiatan bermain game ini kemudian kami dorong menjadi kegiatan pembelajaran dengan cara membuat lapbook tentang festival-festival di Indonesia. Kegiatan menyiapkan lapbook ini berlangsung selama beberapa hari.
Buatku yang paling berharga dari proses membuat lapbook festival-festival di Indonesia adalah percakapan-percakapan yang terjadi selama pembuatan lapbook ini. Ketika Duta mulai membuat garis antara satu festival dan festival lain di Indonesia, dia mulai merasakan betapa luas dan beragamnya Indonesia itu.
“Festivalnya aneh-aneh ya bu?”, “Kok bisa ya balapan di atas sapi nggak takut jatuh?”, “Jadi ogoh-ogoh itu beneran ada nggak?” dan beragam pertanyaan lain yang kadang aku pun bingung menjawabnya. Hehehe…
***
Presentasi & Tanya-Jawab tentang Festival di Indonesia
Sebagai penutup untuk kegiatan membuat lapbook, kami meminta Duta untuk melakukan presentasi tentang game “The Festival” yang dimainkannya serta lapbook yang dibuatnya.
Dalam proses presentasi ini, kami mencari bentuk yang sesuai untuk Duta, mulai presentasi tunggal hingga tanya-jawab. Pada akhirnya, kami memilih proses tanya jawab dan mendokumentasikannya dalam video presentasi di bawah ini:
Resource Materi Lapbook "The Festivals"
Buat teman-teman yang ingin ikut belajar tentang aneka festival di Indonesia, silakan melihat contoh materi yang dibuat Duta dengan mengunduh materi di halaman FREE PRINTABLE (pastikan dalam kondisi lagin, kalau belum jadi member silakan daftar gratis di sini) dalam Ruang Member RumahInspirasi. Di sana Anda juga bisa mengunduh materi2 gratis lainnya.
Tentu saja ini hanya contoh saja, dan ini juga merupakan hasil foto yang dicari Duta sendiri di internet, sehingga mungkin ada satu dua yang kurang pas. Aku yakin masih ada banyak sekali jenis festival yang ada di Indonesia. Yang pasti aku bahagia karena mendapatkan alat bantu yang asyik untuk memperkenalkan betapa kayanya kita, Indonesia.
2 thoughts on “Lapbook Aneka Festival Indonesia”
Duta kereen..❤
Keren banget duta sama mb lala