fbpx

Jadi Dosen UI? Mana Sangka

Beneran lho, menjadi dosen dari sebuah universitas adalah sebuah hal yang nyaris tidak pernah masuk dalam pikiran. Lha ini kok malah dapat kesempatan jadi Dosen di UI, universitasku tercinta. Pertama, karena aku merasa hal itu NGGAK BAKAL MUNGKIN banget bisa terjadi, karena aku kan tidak menyelesaikan kuliahku dulu. Jangan tanya alasannya yah, terlalu idealis untuk diceritakan, hehehe.

dosen11Alasan berikutnya aku merasa nggak punya potongan (baca: wibawa) dosen sama sekali. Bayanganku dosen itu tuh (pantesnya) keibuan, sabar & lemah lembut seperti dosen2ku di Ars UI dulu. Ternyata memang bener kata Justin Bieber, “Never say never”. Jangan bilang nggak mungkin.

Walau statusnya dosen tamu (ya iyalaaah), tapi menurutku tetap saja ajaib. Aku pegang 3 kelas selama 1 semester, muridku hampir 60 anak dan materi kuliahku adalah Aplikasi Internet. Sebagai dosen tamu, aku berbagi waktu mengajar dengan seorang dosen tetap karena secara peraturan memang tidak bisa seorang dosen tamu memegang sebuah mata kuliah sendiri.

Sebenarnya keputusanku menerima tawaran menjadi dosen bukan semata-mata karena pengen tahu rasanya menjadi dosen, tapi aku ingin mencoba meretas jalan KKNI. Praktisi yang disetarakan dengan akademisi.

Mungkin banyak teman-teman yang belum tahu kalau Januari tahun lalu (2012) pemerinta menerbitkan Peraturan Presiden (perpres) tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). KKNI atau yang di luar negeri lebih dikenal dengan istilah National Qualification Framework (NQF) adalah sistem kualifiasi & kerangka kredit yang dikembangkan pertama kali di Inggris dan Irlandia Utara. Kerangka tersebut memiliki 9 tingkat yang mencakup semua tingkat pembelajaran di pendidikan menengah, lanjutan, kejuruan & tinggi.*

Menurut Perpres Nomor 8 Tahun 2012 tentang KKNI, kerangka kualifikasi adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor (Pasal 1).

KKNI terdiri atas sembilan jenjang yang dimulai dari tamatan pendidikan dasar (kualifikasi 1), pendidikan menengah baik SMA maupun SMK (kualifikasi 2), lulusan Diploma 1 sampai Diploma 3 (kualifikasi 3, 4, dan 5), dan lulusan pendidikan profesi (kualifikasi 6) serta S-1/Diploma 4, S-2 dan S-3 (berurutan kualifikasi 7, 8, 9).**

Dalam bahasa sederhananya, KKNI memungkinkan praktisi mendapatkan gelar yang setara dengan akademisi. Misalnya seperti contoh aku yang secara formal hanya memiliki ijazah SMA tapi punya pengalaman 10 tahun malang melintang di bidang web developer, maka melalui KKNI ada kemungkinan suatu hari pengalaman kerjaku ini dites & kemudian mendapatkan gelar yang mungkin setara dengan Si, S2, atau bahkan S3 bidang Web Development.

***

dosen22Kembali dalam kisahku menjadi Dosen. Ternyata menjadi Dosen cukup menyenangkan. Apalagi yang aku ajarkan adalah bidang yang aku suka & kuasai. Lebih senang lagi, karena materiku berbasis internet, walau hanya bertemu murid seminggu sekali (terkadang dengan internet yang mati pula di lab) perjalanan belajar tetap berjalan lancar.

Goalku adalah membuat seluruh mahasiswaku bisa bikin web portfolio mereka sendiri. Hasil karya (sementara) mahasiswaku bisa dilihat di sini. Berkat kecanggihan teknologi, aku bisa terus berkomunikasi dengan mereka via jejaring media sosial.

Aku menerapkan penilaian terbuka untuk mahasiswaku, semua materi yang aku ajarkan aku paparkan nilainya dan mereka punya kesempatan untuk memperbaikinya sampai jangka waktu yang ditetapkan. Jadi aturan mainnya sederhana, aku ingin mereka berhasil membuat web, mereka punya kepentingan untuk membuat nilai mereka menjadi baik, karena hasil web mereka adalah hasil UAS mereka. Ternyata sistem ini membuatku tak perlu “mengejar2” mereka untuk membuat tugas, justru mereka yang mengejar2 aku begitu selesai membuat tugas dan berharap aku segera meng-update nilai mereka di web. Hehe.

Menjadi Dosen UI membuatku berksempatan mencicipi pelatihan membuat BRP (Buku Rancangan Pembelajaran) yang ternyata tak hanya berguna untuk membuat materi kuliah tapi juga untuk menyusun materi untuk anak-anakku sendiri.

Tentu saja, kesempatanku menjadi dosen tamu tak lepas dari usaha sahabat dosenku tercinta Wiwiet yang punya visi luar biasa untuk pendidikan mahasiswanya. Wiwiet tidak hanya berani memasukkan unsur internet yang kekinian dalam beberapa mata kuliahnya, tapi dia juga berusaha memasukkan banyak sekali unsur praktek dan terapan dalam setiap mata kuliah yang dipegangnya. Terima kasih untuk kesempatannya ya Wiet, really appreaciate it!

kelasA kelasB kelasC

Sumber:
SKRI
*Wikipedia
**Suara Merdeka

21 thoughts on “Jadi Dosen UI? Mana Sangka”

  1. Wah, wah, sip banget, nih, Mak Lala.
    Nanya dikit soal KKNI,ya. Maksudnya, biarpun ijazah cuma SMU, tapi punya pengalaman kerja selama sekian tahun di suatu bidang, trus ikut test, bisa dapat gelar sarjana gitu?
    Maaf soalnya, aku juga cuma punya ijazah SMU, selama beberapa tahun ini terus aktif sebagai penyiar radio dakwah.
    Pernah juga kerja jadi guru PAUD, tapi diberhentikan gara2 cuma punya ijazah SMU. Penyelenggara PAUD pinginnya semua pengajar lulusan S1 ato sedang kuliah S1 (UT). Rasanya sedih, deh waktu itu. Waktu melamar ke situ mereka nggak ngomong masalah ini. Tiba2 aja jadi begitu. *malah curhat.
    Kalau KKNI ini beneran, akan sangat membantu buat orang2 macam aku. 🙂

    1. Sedang menuju ke arah sana, tapi petunjuk teknisnya belum ada (atau mungkin belum memasyarakat). Mudah2an jalannya kesetaraan ini segera terwujud ya mbak 🙂

  2. Suka sekali, sangat menginspirasi, baru tahu ada KKNI.
    Banyak sekali orang yang bosan berkutat di kampus dan lari menuju praktik hidup, seperti contoh Hermawan Kertajaya yang DO dari ITS dan memilih berwirausaha. Pemilik Kebab Turki Baba Rafi, dan Mbak Lala sendiri. Para pemberani yang menginspirasi 🙂

  3. Halo mbak, salam kenal. menarik mba artikelnya, thanks udah berbagi
    soal kkni jg, sy baru tau
    btw, itu muridnya ars angkatan berapa mbak?
    sy hampir salah, kirain dosennya nggak ikut foto mba
    kirain masih mahasiswa semuanya (hehehe)

  4. Mbak Miraa… meski gak kenal secara langsung dengan mbak.. tapi aku suka ngikutin perjalanan mbak dan keluarga lewat blog ini…

    Bener-bener gak salah… memang web ini menginspirasi..

    Makasih sudah banyak mengupdate banyak informasi berharga 🙂

    Proud of u mbak 🙂

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.