Wacana tentang homeschooling atau home education (HS/HE) adalah sebuah hal yang baru di Indonesia.
Walaupun substansinya sudah ada sejak dahulu kala, HS/HE baru marak diperbincangkan beberapa tahun terakhir ini setelah media massa ramai menuliskan mengenai fenomena HS/HE yang menjadi pilihan pendidikan beberapa tokoh publik. Homeschooling kemudian menjadi sebuah alternatif untuk model pendidikan sekolah yang menjadi bentuk mainstream di masyarakat
Hal pertama yang perlu diperjelas adalah mengenai pengertian homeschooling (HS) atau home education (HE) yang dalam terjemahan bahasa Indonesia sering disebut sekolahrumah (SR).
Apa itu homeschooling?
HS/HE adalah model pendidikan di mana keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas proses pendidikan yang dijalani anak-anaknya. Jadi, HS/HE bukan sebuah lembaga atau institusi.
Di dalam penyelenggaraan HS/HE, orangtua dapat memilih apakah menyelenggarakan sendiri proses HS/HE. Atau, mereka menggunakan bantuan lembaga ekstenal dalam proses penyelenggaraan HS/ HE. Tapi lembaga itu bukan lembaga homeschooling karena sebenarnya tak ada istilah lembaga homeschooling.
Lembaga yang membantu proses HS/HE bisa berupa klub, bimbel, kursus, penyelenggara ujian, dan sebagainya.
Nah, di Indonesia ada sedikit salah-kaprah dalam penggunaan istilah homeschooling. Ada lembaga-lembaga yang mempromosikan diri sebagai homeschooling.
Lembaga yang sering mempromosikan diri sebagai homeschooling sebenarnya menimbulkan kerancuan tentang istilah homeschooling. Sebab, sesuai dengan namanya (home) dan praktek yang umum di seluruh dunia, homeschooling itu bentuknya adalah keluarga, tak pernah berbentuk lembaga.
Istilah yang juga rancu di Indonesia adalah komunitas homeschooling.
Komunitas homeschooling dalam pengertian yang umum adalah kumpulan keluarga praktisi homeschooling, yang berbagi sumber daya dan melakukan kegiatan bersama. Kegiatan komunitas homeschooling dipimpin oleh para orangtua. Komunitas homeschooling bukan lembaga bisnis yang memungut biaya gedung dan pungutan-pungutan untuk keuntungan seseorang (pemilik lembaga).
Jika ada lembaga yang struktur kegiatannya berbentuk seperti sekolah (gedung, kurikulum, belajar-mengajar, waktu khusus belajar), maka lembaga itu lebih tepat disebut sekolah. Kalau lembaga itu berbeda dengan sekolah, istilah yang sering digunakan adalah flexy-school (sekolah fleksibel).
Sekolah fleksibel adalah sekolah, tetapi memiliki proses-proses yang lebih fleksibel dibandingkan sekolah yang standar, misalnya masuk sekolah hanya beberapa kali dalam seminggu.
Mendaftar Homeschooling
Bagaimana cara mendaftar homeschooling?
Karena homeschooling adalah pendidikan berbasis keluarga, praktisi homeschooling tidak mendaftar ke sebuah lembaga seperti sekolah. Keluarga homeschooling tidak membayar uang gedung dan SPP seperti di yang terjadi di sekolah.
Tapi jika ingin menempuh Ujian Kesetaraan atau Ujian Paket, anak harus didaftarkan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat). Tetapi jika ingin menempuh proses belajar non-ijazah, praktisi homeschooling tak harus bergabung dengan lembaga apapun.
Apakah homeschooling harus ikut komunitas?
Jawabannya TIDAK.
Pada dasarnya homeschooling dijalani secara mandiri. Anda tidak harus bergabung dengan komunitas homeschooling jika tak menginginkannya. Bergabung dengan sebuah komunitas homeschooling adalah sebuah pilihan (optional).
Karena komunitas homeschooling masih sangat jarang, Anda mungkin tidak akan menemukan komunitas homeschooling di dekat tempat tinggal Anda. Jika ada komunitas homeschooling, belum tentu komunitas tersebut sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan Anda.
Oleh karena itu, para praktisi homeschooling biasanya juga merintis komunitas homeschooling untuk mencari teman kegiatan anak-anak dan membangun persahabatan keluarga dengan keluarga praktisi homeschooling lain yang tinggal di dekatnya.
Lebih jelasnya, silakan simak podcasts berikut ini: