fbpx

Game sebagai Alat Belajar

Tadinya ini adalah email jawaban untuk pertanyaan mbak Wisye yang datang pada saatseminar Homeschooling beberapa waktu lalu. Pertanyaannya tentang bagaimana menjadikan game sebagai sarana mengajar anak. Tapi begitu dibaca ulang sepertinya informasi ini lebih baik jadi posting saja, semoga bisa membantu orangtua lain yang ingin menjadikan game sebagai salah satu cara pendidikan bagi anak.

Game memang sering dipandang sebagai hal yang negatif bagi perkembangan anak. Padahal, game itu (menurut saya) adalah cara yang paling efektif dan efisien untuk memasukkan dan memperkenalkan aneka informasi kepada anak. Game juga dapat menjadi cara paling ampuh untuk membuat anak menyukai sesuatu, melatih koordinasi mata dan tangan, melatih jiwa perjuangan dan kesabaran. Bahkan, keahlian dalam game juga bisa menjadi sumber mata pencaharian anak kelak.

Untuk itu, saya sering sedih setiap kali mendengar seorang ibu yang mengeluh anaknya terlalu banyak main game dan menjadi malas belajar. Hampir setiap anak suka main game, dan melarang mereka main game bukan jalan keluar. Jangan-jangan, justru karena dilarang main game di rumah, mereka malah gandrung main game di luar (tempat game umum) dan malah menjadi tidak terkendali. Lebih baik sejak awal orangtua bersahabat dengan game dan justru malah memanfaatkan game sebagai alat belajar mereka.

Untuk itu, saya ingin sharing bagaimana keluarga kami menggunakan game sebagai alat belajar.

Pilihan Game
Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain game bagi anak bukan berarti anak bebas memainkan game apa saja sesuka hatinya.

Sejak awal perkenalan dengan game, saya hanya memperkenalkan game-game pendidikan, simulasi/time management/role-playing atau puzzle kepada anak-anak. Game-game seperti ini lebih mudah diarahkan dan diambil manfaat pendidikannya. Saya pun mencari dan mengukur game apa yang cocok dengan umurnya. Di sinilah manfaat pengaruh ibu yang senang main game sangat besar untuk menentukan game-game apa yang paling cocok dan sekaligus menarik untuk anak.

Menurut saya, bila seorang ibu ingin menjadikan game sebagai alat belajar anaknya, hal pertama yang dilakukan adalah si ibu itu harus “suka” dulu dengan game dan memiliki pandangan positif terhadap game. Kalau tidak, akan susah membangun empati terhadap kesukaan anak bermain game, apalagi menggunakan game sebagai materi belajar.

Untuk Anak Pra-Sekolah bisa pakai daftar Online game yang pernah saya kumpulkan dalam salah satu posting di situs ini

Untuk anak yang lebih besar bisa coba game seperti ini: Sim City, Build a Lot, Hotel Mogul, Chocolatier. Anda bisa mencoba memainkan versi online sebelum membelinya.

Untuk anak dengan usia sekolah dasar bisa juga memakai pakai game fesbuk seperti Tycoons. Kami pernah membuat posting tentang memanfaatkan game Tycoons untuk mengajarkan anak tentang bisnis. Postingnya bisa dilihat di sini:

Ada ribuan game di luar sana yang dapat mendukung proses belajar anak. Sekarang pun banyak situs2 pendidikan yang berbasis game seperti situs BBC Primary yang mengajarkan membaca dan berhitung dengan cara sangat menyenangkan.

Proses Belajar
Hal kedua yang penting adalah pendampingan dalam proses belajar (bermain game). Luangkan cukup waktu untuk bermain bersama mereka. Temani, ikut bermain, tunjukkan passion yang tinggi dalam game yang dimainkan anak. Jadilah teman terbaik mereka dalam bermain game. Buat mereka “mengagumi anda” karena mampu bermain game dengan “keren”.

Percaya deh, ketika mereka sudah merasa Anda adalah “temannya”, maka Anda bisa mengatakan apaaa saja dan langsung dituruti oleh mereka. Misalnya, “Kak, ibu sudah selesai tahap dua nih. Tipsnya ibu afalin aja di luar kepala perkalian 5, jadi kalau dia tanya ibu bisa jawab”. Biasanya kalau begini Yudhis langsung semangat menghafalkan perkalian 5 supaya bisa memainkan game dengan cepat.

Menyelesaikan tantangan bermain gitar
Bisa juga kita menjadikan game yang dia sukai menjadi “umpan” bagi sebuah kegiatan lain bagi anak. Seperti yang kami lakukan kepada Yudhis, kami memancingnya dengan game pilihannya untuk bisa menyelesaikan tantangan bermain gitar. Saya mengarsipkan kegiatan tersebut di sini:

Kesukaan anak bermain game pun bisa kita manfaatkan untuk mengajarkan hal yang lain. Misalnya dengan game, Yudhis jadi semangat untuk belajar komputer dan membuat blog. Jadi perjanjiannya, Yudhis boleh main sebuah game, tapi kemudian dia harus membuat review dari game tersebut yang dimasukkan ke blognya. Ketrampilan yang dipelajari Yudhis dalam proses ini adalah:

  • mengembangkan logika permainan game
  • melatih kreativitas mencari ide cerita
  • belajar menuangkan gagasan dalam bentuk tertulis
  • belajar tata bahasa
  • belajar mengolah grafik
  • belajar internet (mengelola blog)

Contoh Review yang dibuat Yudhis bisa dilihat di blognya.

Bagaimana mencegah kecanduan
Nah… ini yang tricky. Untuk hal ini prosesnya saya kembalikan kepada orangtua. Setiap orangtua memiliki ukuran sendiri terhadap anak-anak mereka. Untuk saya dan anak-anak, kami menerapkan waktu-waktu khusus bermain game. Kami juga menerapkan perjanjian khusus seperti boleh main game kalau sudah mengerjakan A, B, C dan D

Kami juga tidak membelikan anak game PS/NDS atau portable game semacam itu. Karena kalau anak punya portable game semacam itu, maka pengendaliannya akan jauh lebih sulit daripada game komputer. Paling jauh Yudhis memakai game2 yang ada di HPku, itu pun dengan perjanjian dan waktu-waktu khusus.

Fiuh..
Sulit juga ternyata berbagi tips bagaimana menjadikan game sebagai alat belajar karena pada dasarnya aku ini gamers yang merasa mendapatkan banyak manfaat dari game. Mungkin juga karena buatku ini hal yang positif, maka aku pun menuai hal yang positif pula dari game-game ini. Jadi para bapak-bapak dan ibu-ibu yang mau memasukkan game dalam kurikulum pendidikan anak-anaknya, main game dulu yang banyak yaaa, baru ditransfer ke mereka. Awas kecanduan juga… hehehe… 😉

16 thoughts on “Game sebagai Alat Belajar”

  1. Subhanallah Mbak Lala… pengen njerit sekenceng-kencengnya baca jawaban Mbak Lala ini… bener2 good news for me sekaligus PR besar buatku. tq so much Mbak 😮 😐

  2. Mbak Lala….aku share di FB ku yah…., aku dan anak2 jg suka belajar melalui game, terinsipirasi dari mbak Lala jg hehehe….., makasih posting ini bermanfaat sekali.

  3. Meylinda Sitinjak

    Mbak Lala,

    Tosss.. aku juga suka maen game!
    senangnya ternyata bisa mengajar dan belajar dari maen game hehe..
    very inspiring.. thank you for sharing ya mbak…

    ps: ijin share di fb ya.. semoga bermanfaat buat yang lain 😀

  4. he..he anaku suka banget ama game komputer ,ternyata senang aja mengethui bahwa game ternyata bisa bermanfaat juga ,terima kasih

  5. mba Lala…..

    gimana dengan game dowta, aku sama sekali ngga ngerti…tapi Tegar (6 tahun), dah suka banget sama game itu….mohon sarannya….

  6. Aduh mbak Neneng, aku malah nggak tahu game dowta itu apa ya??? Aku coba googling tapi juga nggak nemu. Bisa minta nama lengkap gamenya?? 😛

  7. Mbak Lala aku sangat bersyukur berteman dg keluarga mba, inspiratif dan senang berbagi. Terimakasih banyak ya…
    Ini kami lg lumayan kelabakan saat mengevaluasi perjalanan 5 bulan HS.Saat awal2 perjalanan HS kami aku masih ngajar selama kurang lebih 3 bulan. Saat itu kami masih blank bnget dg kegiatan2 yg harus diberikan kepada anak2 sementara sy tidak bs menunggui mereka. Ketika konsult ke b yayah atau p aar ya waktu itu (saya agak lupa) beliau sarankan agak dibiarkan dulu sj melihat kondisi anak sulung kami yg memang sudah jengah saat mendengr kta blajar setelah hmpir 3 thun belajar di SD, ia sdng berada pd masa deschoolling, bgitu kta P aar. Kami coba memberikan alternatif game saat kami tinggal, eee…ternyata setelah aku berhenti mengajar aku merasa ank2 sdh mulai kecanduan dan tidak tertarik lg kpd game2 edukatif, fokus mereka setiap hri adalah bermain game keras(menurut sya) semacam naruto, hercules, rockman dan semacamnya. ketika kmi sodorkan math game atau educative game lainnya mereka menolak dan tidak tertarik. kami merasa telah salah langkah. Kemudian kami mencoba cara2 yg mbak Lala dan p Aar pakai yaitu menjadikan game yg mereka gemari sebagai umpan. Kami menjadikan game2 tersebut sebagai hadiah jika mereka bs melalui beberapa kegiatan yg aku tawarkan dg aturan bermain yg kami tahapi sedikit demi sedikit bs mengurangi jam game tsb. alhmdulillah mereka mulai terkendali dan game2 edukatif itupun mereka mainkan jg akhirnya meski kadang mengomel-ngomel saat ingin memainkan game itu lebih lama pdahal waktu yg diberikan telah habis, kadang ia jg menawar dg agak memaksa untuk menambah kegiatannya demi menambah jam game hadiah itu. Kami agak bingung menghadapi yg demikian ini. baiknya dituruti apa tdak ya Mbak? Soalnya kalau dituruti terus jam game buruk itu jadi sangat banyak, melebihi 2 jam perharinya, kami rasa ini sudah berlebihan untuk sebuah game non educatiaon. tpi disisi lain minat ia pada kegiatan belajar jd besar demi bisa memainkan game ini lebih lama. Saya pengan penjelasan dr Mbak Lala atau P Aar, proses belajar yg seperti ini bagus tidak ya untu perkembangan anak2? mengingat fokus mereka akhirnya hanya pd bgmn secepat mungkin menyelesaikan kegiatan itu agar bs segera main game. Sepertinya mereka tidak fokus pd rasa ingin tahunya trhdp kegiatan yg mereka lakukan melainkan fokus tetap pd game hadiah itu. Bagaimana yg demikian ini ya? Mhon sharringnya…terimaksih sebelumnya…

  8. Mbak Lita,
    Terima kasih sharingnya. Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi kami kalau ada hal-hal bermanfaat yang bisa dipetik dari blog ini dan interaksi diantara kita. 😐

    Setelah membaca sharing mbak Lita, menurut saya tidak ada rumus yang pasti untuk masalah seperti ini. Tapi dari cerita mbak Lita saya menangkap sebuah perkembangan positif dari waktu ke waktu. Tinggal terus ditingkatkan kualitasnya dari waktu ke waktu.

    Poin terbesar untuk menangani masalah game ini adalah mengembalikan kendali pada orangtua. Orangtua yang in charge dan memegang kendali, bukan anak. Yang kedua adalah aturan main yang disepakati bersama. Setelah itu, tinggal improvisasi di lapangan sesuai kondisi.

    Memang tidak ideal menjadikan sebuah hal eksternal (seperti game, hadiah) sebagai alat pembujuk (carrot) anak melakukan sebuah kegiatan. Idealnya adalah kesadaran dan motif internal (kesadaran bhw sebuah kegiatan utk dirinya sendiri). Tetapi sebagai sebuah proses dan jenjang, tak ada salahnya hal-hal seperti ini dimanfaatkan. Yang harus dijaga adalah jangan sampai motif internalnya tak tumbuh karena kalah dengan iming-iming.

    Jika mbak Lita ingin mendorong inisiatif atau kualitas pekerjaan; secara bertahap hal-hal itu dapat dijadikan sebagai bahan kesepakatan atau iming2 juga. Jadi, anak pun berkembang tak hanya menyelesaikan tugas secara serampangan…

    Mudah2an membantu ya mbak.. ➡

  9. Hallo selamat pagi mbak Lala..artikelnya game sbg alat belajar bagus banget,yg mau saya tanyakan bagaimana cara mbak Lala mengatur waktu utk ank2 bermain game setiap hari?maksimal 1 hari brp jam ank bermain game?kebetulan ank pertama saya usianya,,5 thn bln dpan dan yg ke dua 2 thn 7 bln,dan pembelajaran apa saja yg kan dilakukan utk menstimulasi ank2 saya sesuai usianya? .oia kemarin sy coba perlihatkan game belajar alfabet di ABCD watermelon dan ank sy suka banget tapi saya masih bingung ngatur waktunya.tentang belajar online utk ank2 bagaimana cara kita sbg orangtua menyikapi jika ank2 mendapai gambar2 tau kata2 yg tidak sopan didalam google kalau dikeluarga mbak Lala apa yg dilakukan?dan apa yg harus dilakukan bagi orangtua seperti saya yg gaptek dan saya kesulitan dalam bahasa inggris ,saya ingin belajar tapi bingung bagaimana caranya?mohon penjelasannya mbak Lala?Terimakasih

    1. Untuk mengatur waktu, dibuat kesepakatan saja dan diberitahukan di depan. Misalnya: hari ini kita main satu jam. Lalu tunjukkan jam dan sampai kapan anak bermain. Ini bisa sekaligus menjadi alat bagi anak untuk belajar tentang jam.

      Google: yang penting pasang muka “cool”, jangan panik. Tutup saja. Kalau anak bertanya, jawab. Kalau tidak, lewatkan saja. Jangan terlalu “parno” karena anak2 mungkin tidak pernah berfikir macam2.

      Bahasa Inggris: sering browsing saja mbak, lama2 akan semakin lancar kok, setidaknya untuk membaca/memahami. Sesekali gunakan http://translate.google.com/ jika ada yg tak kita mengerti.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.