fbpx

Anak Belajar dari Perlakuan Kita

Anak-anak adalah tanggung jawab kita sebagai orangtua. Jika ada masalah pada anak, maka lebih tepat bagi kita untuk berefleksi diri, daripada menyalahkan orang lain atau lingkungan.

Di dalam refleksi, kita akan menyadari bahwa sebagian (besar) karakter anak tak bisa lepas dari proses dan pola pengasuhan yang kita jalani bersamanya selama bertahun-tahun. Tentu saja, di luar itu ada faktor individu anak yang sudah dari memiliki bekal dan karunia yang dikaruniakan-Nya.

Dalam rangka berefleksi itu, aku ingin menulis lagi sebuah puisi lama karya Dorothy Low Nolte berjudul “Children Learn What They Live With”. Aku suka puisi ini karena menurutku sangat inspiratif dan reflektif.

Berikut ini terjemahan puisi itu:

Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan

Jika anak banyak dimusuhi, ia belajar menjadi pemberontak

Jika anak hidup dalam ketakutan, ia selalu merasa cemas dalam hidupnya

Jika anak sering dikasihani, ia belajar meratapi nasibnya

Jika anak dibesarkan dalam olok-olok, ia akan menjadi seorang pemalu

Jika anak dikelilingi rasa iri, ia tak akan puas dengan apapun yang dimilikinya

Jika anak dibesarkan dalam pengertian, ia akan tumbuh menjadi penyabar

Jika anak senantiasa diberi dorongan, ia akan berkembang dengan percaya diri

Jika anak dipuji, ia akan terbiasa menghargai orang lain

Jika anak diterima dalam lingkungannya, ia akan belajar menyayangi

Jika anak tidak banyak dipersalahkan, ia akan senang menjadi diri sendiri

Jika anak dibesarkan dalam kejujuran, ia akan terbiasa melihat kebenaran

Jika anak ditimang tanpa berat sebelah, ia akan besar dalam nilai keadilan

Jika anak dibesarkan dalam rasa aman, dia akan mengandalkan diri dan mempercayai orang lain

Jika anak tumbuh dalam keramahan, ia akan melihat bahwa dunia itu sungguh indah.

19 thoughts on “Anak Belajar dari Perlakuan Kita”

  1. Umi Darine Thahir

    Benar banget apa yang ditulis Dorothy itu. Saya akan melakukan yang terbaik yang saya bisa untuk anak-anak saya. Kiranya Kak Aar dan Kak Lala sudi dan tidak akan bosan menjadi mentor saya dalam mendidik anak-anak.

    Jazakumullahu khairan katsiran.
    Semoga Allah membalas dengan kebaikan yang lebih banyak.
    Aamiin

  2. Hmmm, begitu lah makin hari saya makin menyadari dan menebalkan keyakinan, bahwa saya harus berjuang setiap hari menjadi pribadi yang baik dan benar. Lebih sabaaaaaaar, seluas luasnya sabar. Belajar tak henti2 nya belajar…

    Saya ini dibesarkan oleh keluarga yang sangat temperamen dan gampang meledakan kemarahan dengan kata-kata dan pukulan sampai saya di usia 19 tahun. Bukan hal mudah buat saya untuk menjadi Ibu yang ideal… Sama seperti berjuang untuk mencapai sesuatu yang besar…
    Terimakasih Mas Aar & Mba Lala untuk terus menerus mengingatkan dan menyemangati…

  3. saya sebenarnya sudah sering membaca hal2 tsb diatas dan berusaha melakukknannya bersama suami. tp saya jd sedih dan miris ketika anak saya berada di lingkungan keluarga suami yang suka mengata2i anak saya, membentak anak saya dan mengajarinya memukul. sdh sering saya mengingatkan mereka tp tetap saja dilakukan krna memang mereka tdk pernah mambaca dan mempelajari psikologi anak. yahh,, artikel ini akan saya print gede dan saya kasih ke keluarga suami supaya mereka sadar telah “meracuni” anak saya dengan hal2 buruk. thnx mas aar dan mbak lala..

  4. wuryanto hadi suntoro

    Terutama bagi ibu-ibu muda … sudah saatnya di samping anak menerima pendidikan formal di sekolah … sebaiknya mencari referensi lain seperti yang dapat kita simak saat ini. Hal ini sangat berguna bagi bekal kehidupan generasi (anak) kita … untuk menjadi manusia sosial seutuhnya. Peduli sosial, peduli lingkungan, bersopan-santun dan berbudi-pekerti luhur …. yang pada akhirnya nanti kita akan menuai generasi yang benar-benar bebas dari segala hal-hal yang negatif, seperti : permusuhan, tawuran, korupsi dan lain sebagainya. Sayangilah anak-anak kita dengan sepenuh hati, jangan buat hati mereka murung, karena ulah orang-tuanya.

  5. selamat sore embak
    terimakasih e-mail nya
    Ada benernya bak artikel yang ebak yang embak tulis ini,walau ada meleset nya sedikit sekali,karna saya sudah dua kali berumah tangga umur saya pun sekarang sudah senja,namun diusia senja ini saya masih dikaruaniai anak ,saya selalu belajar dari pengalaman yang lalu ,terkadang saya selalu berexrimen gimana cara mendidik anak supaya mereka bisa menjadi orang yang baik kelak ia dewasa,dari artikel embak ada salah satu yang saya terapkan ,anak saya yang tua perempuan sekarang baru kelas V SD yang No,2 laki2 SD kelas satu dan yang yang kecil perempuan umurnya baru jalan empat tahun ,rumah tangga saya yang pertama gagal,daritiga orang anak hanya satu yang berhasil yang dua hancur Fatal ,sayaenggak mauterulang lagi,terima kasih embak artikel nya bisa jadi reprensi buat saya dan sangat berguna sekali buat semua nya

    salam dari kami
    (suparwoto)

  6. wahyuni ridwan

    Terima kasih mas Aar dan mbak Lala kiriman emailnya.. sangat inspiratif dan memotivasi untuk lebih giat lagi belajar menjadi orangtua yg sesungguhnya..

  7. terima kasih mas aar….sangat inspiratif dan menambah motivasi belajar kami…smoga kami juga bisa menjadi orang tua yang dapat memberi contoh n tauladan yang baik

  8. Children learn what they live with, yup it is true. Terutama kta sbg orang tua harus bisa mjd role model yg baik buat anak2 kta. Sedikit miris melihat perkembangan zaman yg lebih sering menitipkan role model ini kepada guru2 di sekolah, di tmp les, ataupun daycare. Krn guru bisa berganti org seiring tingkatan kelas sedangkan org tua tidak.. 🙂

  9. Terimakasih Mbak Lala dan Mas Aar.. Anak Saya baru 2 tahun. Banyak inspirasi dari rumah inspirasi yang Saya dapatkan untuk konsep membesarkan putri Saya

  10. Terimakasih, jika kita dalami setiap kata dalam puisi Dorothy Low Nolte ini sesungguhnya berisi tuntunan dalam membentuk karakter anak.

    Thanks for sharing.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.