fbpx

2014 – Menari bersama semesta

Keluarga kami bukan bukan tipe keluarga yang mengelola keseharian secara terstruktur dan terencana. Daripada tipe manajer, keluarga kami lebih dekat dengan tipe seniman dan petualang. Hal ini tak terlepas dari pengaruh Lala yang memiliki karakter spontan dan penuh energi.

Menjalani hidup bagi kami adalah seperti berpetualang dan menari bersama alam raya. Kami belajar melewati hari-hari dengan lentur dan syukur, menikmati berliku proses yang terjadi sepanjang perjalanan pagi hingga malam.

Sebagai petualang, kami hanya sekedar berusaha menjadikan kehidupan kami sebesar-besar manfaat bagi sesama dan semesta. Ke mana alam ini membawa kami berjalan dan berkarya, kami berusaha melenturkan diri bersamanya dengan kesungguhan kerja dan karya. Sembari mengiringi langkah dengan menyederhanakan beban yang dibawa, kami bernyanyi bersama hembusan angin, bersuka cita berbagi cerita, menangis dan tertawa bersama hujan yang seringkali datang tiba-tiba. Suka dan duka menjadi teman setia perjalanan kami, yang tak pernah kami sesali, seperti siang dan malam yang selalu menangkupi kehidupan bergantian.

Karena kami bukan siapa-siapa, kami perlu selalu memastikan diri bahwa sepanjang perjalanan di manapun kami memiliki hati, pikiran, ucapan, sikap, dan tindakan yang benar. Jika melakukan kesalahan langsung koreksi dan fokus pada solusi. Lebih dari itu, kami menyiapkan mental dan membangun keterampilan-keterampilan agar perjalanan menjadi lebih asyik dijalani.

Ke mana perjalanan kami akan dibawa, kami berusaha mendengarkan, bercakap-cakap, dan berdialektika dengan semesta yang membawa kami.

dancing-in-the-rain
(c) Etsy.com

Memilih intuisi, menajamkan rasionalitas

Dalam paduan antara intuisi dan rasionalitas, tahun 2014 menjadi tahun pergeseran bagi kami. Tahun 2014 adalah awal untuk kehidupan baru bagi kami.

Di tahun ini, Lala merasa harus menerima tawaran mengurusi Majalah Griya Asri versi online. Majalah Griya Asri adalah majalah arsitektur, interior, taman dan lingkungan yang didirikan oleh ibu Sri Murdiningsih (ibunya Lala). Tapi beliau sudah lama tidak aktif dan mengundurkan diri dari kegiatan Asri, baik dari sisi kepemilikan maupun operasional.

Walaupun tawaran awal untuk Lala adalah bekerja secara online dari rumah, tetapi aku merasa bahwa pergeseran ini akan bersifat fundamental bagi kehidupan kami sebagai keluarga. Kami terbiasa menaruh sepenuh hati pada apapun yang menjadi tanggung jawab kami. Sebagai penanggung jawab, kemungkinan Lala untuk lebih banyak beraktivitas di luar rumah sangat besar dan fokus perhatiannya akan berganti. Dan itu akan mengubah banyak hal dalam kehidupan kami.

Intuisi kami merasa bahwa ini adalah langkah yang harus dijalani. Rasionalitas kami mengatakan bahwa ini adalah penyimpangan terhadap jalan yang sudah kami bangun selama ini.

Keputusannya?

Kami memilih untuk mengambil keputusan berdasarkan intuisi. Aku memutuskan untuk mengizinkan Lala mulai “ngantor”. Rasionalitas kami gunakan untuk mencari solusi atas masalah-masalah teknis yang ada.

Membaca pertanda semesta

Ada beberapa kebingungan dan masalah teknis kami yang perlu diselesaikan ketika Lala harus (sesekali) pergi ke kantor. Ada masalah domestik seperti urusan masak-memasak. Ada masalah homeschooling anak-anak khususnya Duta yang baru saja menyelesaikan masa balitanya. Buatku, masalahnya bukan hanya alokasi waktu dan tempat, tetapi energi dan perhatian sudah terbagi. Apalagi pekerjaannya berkaitan dengan online yang mau tidak mau membutuhkan keterlibatan sepanjang waktu.

Tapi kami sudah memutuskan.

Dan saat keputusan sudah dibuat, kami berusaha melenturkan diri mencari solusi-solusi keseharian. Ada pertanda-pertanda baik, ada kekacauan dalam keseharian. Ada pula kondisi-kondisi yang terkadang membingungkan.

Tapi kami terus melangkah. Keikhlasan dan kepenuhan berusaha terus dijaga. Tanpa keluhan, tanpa penyesalan. Orang sering menyebutnya dengan istilah muddling through: to continue despite confusion and difficulties.

Sambil berjalan, kami mencari pertanda semesta karena kami percaya bahwa semesta pun adalah ayat-Nya.

Dan satu pertanda besar kemudian tersingkap. Tiba-tiba Ibu diminta untuk kembali mengurusi dan memimpin Majalah Griya Asri, sebuah hal yang tak pernah kami pikirkan akan terjadi.Tapi apa yang tak mungkin terjadi bagi-Nya?

Pada satu sisi, keterlibatan ibu di Majalah Griya Asri itu bermakna penguatan atas pilihan jalan yang sedang kami tempuh. Pada sisi lain, kami melihat bahwa keterlibatan Lala akan semakin dalam. Dengan segala konsekuensinya.

Kala semesta berbicara

Dan ketika semesta menyingkapkan diri, saat Tuhan menjawab doa-doa di dalam hati kita, semuanya tiba-tiba terasa begitu mengejutkan. Bahwa semesta adalah ayat-Nya, bahwa Dia selalu bersama kita.

Ada dua hal yang masih mengganjal dalam hatiku, yaitu urusan rumah tangga dan Duta. Tiba-tiba masalah itu terselesaikan begitu saja saat Andit (adik Lala) dan keluarga tiba-tiba memutuskan tinggal bersama kami. Mereka adalah keluarga yang ringan tangan dan serba bisa. Ada Nur yang sangat rajin dan pandai merangkai bunga, ada Oji & Yanthi yang menjadi teman main Duta.

Bahkan yang lebih ajaib lagi, di akhir tahun ini bibi yang pernah membantu kami saat Tata kecil tiba-tiba ikut pindah dan tinggal bersama tanpa kami minta. Bibi dititipkan kepada kami dari rumah sahabat yang harus pindah dan tak memungkinkan lagi mengurusi bibi.

***

Aku tahu, perjalanan ini baru dimulai. Tapi mengingat dan merefleksikan hal-hal yang sudah terjadi pada 2014 ini rasanya tetap saja menggetarkan.

Kami belajar bahwa kami harus memelihara keberanian karena kunci pembuka pintu-pintu semesta adalah keberanian. Jika kami berani melenturkan hidup kami dan menari bersama semesta, banyak keajaiban kehidupan yang akan menyingkapkan dirinya kepada kami. Itu sudah kami rasakan dan buktikan menjadi kebahagiaan. Belum lagi hasil-hasil dan pencapaian yang menyertainya.

Kami tak tahu ujung perjalanan kami dan apa yang akan kami jalani di tahun 2015 nanti. Rasanya seperti Santiago, penggembala kambing yang berpetualang dalam novel “Alchemist” karya Paulo Coelho.

Tapi bukankah tak seorang pun yang tahu ke arah mana masa depan perjalanan kita? Jangan-jangan tujuan perjalanan itu tak terlalu penting.

Seperti kata Ernest Hemingway, “It is good to have an end to journey toward, but it is the journey that matters, in the end.”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.